KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
June 7, 2012  |  By Ellen K In Pengasuhan
Teknik Disiplin Terburuk #7
Kalau sedang capek, hal kecil bisa bikin meledak. (Dok. Istimewa)
Kalau sedang capek, hal kecil bisa bikin meledak. (Dok. Istimewa)
Post Views: 109

Menempati nomor tujuh dalam daftar 10 Teknik Disiplin Terburuk menurut psikoterapis James Windell dalam bukunya,Discipline, kali ini kita akan cermati yang ia sebut dengan istilah reaksi emosional berlebihan.

“Orangtua sering tidak konsisten dalam merespons perilaku anak,” kata Windell. Ketika mereka dalam kondisi gembira, mereka bisa bersikap ramah bahkan membiarkan perilaku buruk anak. Namun saat mengalami kondisi tertekan atau banyak masalah, ayah-ibu lantas memunculkan reaksi berlebihan pada perilaku yang mungkin sebetulnya tidak seberapa buruk. Anak akan memperoleh dosis kemarahan, kritik, hukuman, atau nasihat yang lebih tinggi. Jadi, respons orangtua tidak sebanding dengan derajat pelanggaran disiplin anak.

Hari-hari itu Ibu G sedang mendapat masalah di tempat kerja, Sudah beberapa waktu belakangan ini, Ibu G adu argumen dengan bosnya di kantor soal pengaturan jam kerja lemburnya yang berlebihan. Di rumah, ibu G juga bertengkar dengan suaminya.

Kelelahan bekerja, rasa kesal pada bos, ditambah dengan relasinya yang sedang kacau dengan suami, membuat Ibu G naik pitam saat putrinya L yang berumur tujuh tahun datang membawa surat dari guru di sekolahnya. Surat itu memberitahukan bahwa L sulit diatur di kelas dan sering lalai mengerjakan PR.

Ibu G betul-betul meledak marah, marah sekali pada L..

“L, tega-teganya kamu melakukan ini pada Ibu! Sungguh memalukan. Kenapa kamu begitu malas dan tidak tahu aturan? Ibu marah dan malu sekali, gurumu sampai harus menyurati Ibu seperti ini. Kamu sungguh bikin malu ibu! Jangan sampai ibu terima surat seperti ini lagi. Selama tiga minggu ke depan kamu nggak boleh main di luar, harus belajar terus di rumah! Ibu mau lihat apa kelakuanmu bisa jadi lebih baik. Ibu nggak yakin kamu bakal jadi lebih baik kalau cara belajarmu masih seperti sekarang.”

Boleh dibilang, ‘dosa’ terbesar orangtua adalah ketidaksabaran. Kita tidak sabar karena kita lupa bahwa anak-anak tidak bisa membaca pikiran kita, bahwa anak-anak adalah pribadi yang punya pola pikir dan selera sendiri, bahwa ada waktu yang akan membantu mereka untuk lebih matang secara raga maupun jiwa, dan bahwa anak-anak itu ya anak-anak.

Biasanya orangtua seperti Ibu G belakangan akan sadar bahwa dia sudah menunjukkan reaksi berlebihan, dan sebenarnya hanya melampiaskan pendaman emosinya sendiri pada anak. Namun kesadaran itu datang terlambat. Kata-kata yang keluar saat kita melampiaskan amarah dan emosi-emosi negatif lain terhadap anak-anak akan menyakiti dan merusak persepsi mereka tentang diri sendiri, orangtua, atau kehidupan.

Kata-kata penuh amarah bisa tersimpan lama dalam kenangan anak-anak, kenangan yang akan kita sesali di kemudian hari. Satu-satunya imunisasi bagi penyakit bernama ‘penyesalan’ adalah kesadaran (eling). (Bersambung)

 

Serial artikel 10 Teknik Disiplin Terburuk:
1.  Kekerasan Fisik
2.  Paksaan/Ancaman
3.  Teriakan/Bentakan
4.  Tuntutan Seketika
5.  Nagging (Desakan)
6.  Ceramah Moral
7.  Reaksi Emosional Berlebihan
8.  Mempermalukan
9.  Memasang Perangkap
10. Membangkitkan Rasa Bersalah Berlebihan

Facebook Comments

Article by Ellen K

Ellen Kristi. Ibu tiga anak homeschooler, praktisi metode CM dan penulis buku "Cinta Yang Berpikir", berdomisili di Semarang. Dapat dihubungi lewat ellenkristi@gmail.com

Previous StoryResep Jadi Orang Sabar
Next StoryTeknik Disiplin Terburuk #8

Related Articles

  • manca_tantrum_736_420
    Mengapa Orangtua dan Guru Belum Berhasil Mendewasakan Karakter Anak?
    View Details
  • piano_736_420
    Belajar Musik: Haruskah Menunggu Anak Tampak Berminat atau Berbakat?
    View Details

no replies

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • Menyelaraskan Resolusi Tahun Baru dan Tujuan Hidup January 17, 2021
  • Mengapa Orangtua dan Guru Belum Berhasil Mendewasakan Karakter Anak? January 15, 2021
  • Ke Mana Arah Pendidikan Anak Usia Dinimu? January 13, 2021
  • Belajar Musik: Haruskah Menunggu Anak Tampak Berminat atau Berbakat? January 11, 2021
  • Profesi Mana yang Paling Tepat Untuk Anak Tekuni? January 6, 2021
  • Membantu Anak Belajar dari Masa Lalu Orangtuanya January 5, 2021
  • Membesarkan Anak Bukan Hanya Urusan Ibu-ibu January 4, 2021
  • DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #5 January 3, 2021
  • Bahayanya Membandingkan Diri dengan Praktisi CM Senior December 18, 2020
  • Sekilas Panduan CM Soal Belajar Geografi December 17, 2020

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • Ke Mana Arah Pendidikan Anak Usia Dinimu? 1.4k views | 0 comments | by Ellen K | posted on January 13, 2021
  • Membantu Anak Menemukan Tujuan Hidupnya 891 views | 0 comments | by Ellen K | posted on November 22, 2011
  • Mengapa Orangtua dan Guru Belum Berhasil Mendewasakan Karakter Anak? 807 views | 0 comments | by Ellen K | posted on January 15, 2021
  • Tunjukkan Cinta Lewat Waktu 401 views | 0 comments | by Ellen K | posted on November 26, 2011
  • Belajar Musik: Haruskah Menunggu Anak Tampak Berminat atau Berbakat? 272 views | 0 comments | by Ellen K | posted on January 11, 2021

KOMENTAR TERKINI

  • Ellen K on Pekerjaan Tak Sesuai “Passion”, Haruskah Ditinggalkan?
  • Anita on Pekerjaan Tak Sesuai “Passion”, Haruskah Ditinggalkan?
  • Erlin on Podcast #29: Menyiapkan Anak Belajar Membaca
  • Ika on Podcast #28: Menyusun Jadwal Belajar Keseharian
  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #4
  • indri on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #4

Visitors

Today: 179

Yesterday: 1137

This Week: 179

This Month: 18999

Total: 197205

Currently Online: 178

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.