Setelah dua pertama yang sarat kekerasan fisik, peringkat ketiga dan seterusnya dalam daftar 10 Teknik Disiplin Terburuk menurut psikoterapis James Windell dalam bukunya Discipline lebih ditandai oleh kekerasan verbal.
Berteriak. Teknik ini begitu umum dikerjakan. Windell menduga, orangtua sering berteriak karena mereka pikir dengan berteriak, anak akan langsung menurut. Seolah-olah kalau volume suara ditingkatkan desibelnya, lebih besar kemungkinan anak mau bekerjasama.
Sayangnya, cepat atau lambat orangtua akan mendapati bahwa berteriak-teriak ternyata tidak efektif memenangkan kerjasama anak. Lalu mengapa kita terus saja memakainya? Barangkali karena berteriak sudah menjadi kebiasaan? Atau karena kita tidak tahu cara lain untuk menyalurkan ledakan amarah atau rasa frustrasi? Ya, berteriak memang cara yang mudah. Kita tidak butuh banyak waktu dan upaya berpikir atau belajar tentang teknik disiplin yang lebih baik dan berhasil.
Kisah ini terjadi setelah makan malam. Anak-anak asyik menggambar sementara Ibu S membersihkan dapur dan mencuci piring-piring kotor.
Ketika menghampiri ruang makan, Ibu S terkejut sekali melihat coretan-coretan spidol yang tak bisa dihapus memenuhi meja makan kayunya yang baru. Pikiran Ibu S langsung kalut dan dia pun meledak.
Ibu S mengangkat ember yang berisi alat gambar anak-anaknya lalu membantingnya ke lantai. Spidol dan krayon berserakan ke mana-mana. Lalu Ibu S berteriak marah, “Ambil itu! Bersihkan semuanya!” dan langsung menghambur ke kamar dan membanting pintu keras-keras.
Ketiga anak itu menjerit-jerit dan menangis. Terdengar anak yang paling besar protes, “Kenapa, Ma? Kan bukan kami yang berantakin?”
Kita acap berteriak atau membentak karena habis kesabaran atau akal saat menghadapi anak. Berteriak seolah solusi cepat. Rasanya kita sudah melakukan sesuatu yang maksimal untuk mendidik anak. Pertanyaanya, betulkah berteriak efektif? Menurut Windell, ya, efektif selama anak masih takut diteriaki. Kalau anak begitu benci mendengar kita mengeraskan suara, mungkin mereka akan menurut supaya orangtuanya diam.
Namun, kita mesti berpikir sendiri, apa kita mau anak-anak terus-terusan takut dan cemas? Lagipula, lama-lama mereka akan tahu bahwa memang kita bisanya hanya menaikkan volume suara, lalu belajar untuk bersikap cuek pada teriakan dan bentakan kita. (Bersambung)
Serial artikel 10 Teknik Disiplin Terburuk:
1. Kekerasan Fisik
2. Paksaan/Ancaman
3. Teriakan/Bentakan
4. Tuntutan Seketika
5. Nagging (Desakan)
6. Ceramah Moral
7. Reaksi Emosional Berlebihan
8. Mempermalukan
9. Memasang Perangkap
10. Membangkitkan Rasa Bersalah Berlebihan
no replies