Dalam buku Discipline yang ditulisnya, psikoterapis spesialis masalah keluarga James Windell menyebut tindak mempermalukan sebagai teknik disiplin terburuk kedelapan dari sepuluh yang sering dikerjakan oleh orangtua.
Apakah kita sungguh ingin anak-anak tumbuh kuat secara emosional dan nyaman dengan diri mereka sendiri? Jika ya, maka Windell berharap mempermalukan atau merendahkan atau mengucapkan hal-hal yang menghina mereka harus disingkirkan dari perbendaharaan teknik disiplin kita.
Yang dimaksud dengan mempermalukan atau merendahkan adalah kata-kata yang membuat anak merasa kecil (“Kenapa tingkahmu seperti anak bayi?”), merasa tidak mampu (“Kamu itu sudah besar, tapi kelakuanmu kok seperti anak kecil!”), merasa bodoh (“Tolol sekali! Masa begitu saja tidak bisa sih?”), dan merasa tak aman (“Mama tidak tahan pada kalian! Mama mau pergi, pergi selama-lamanya!”).
Beberapa anak balita bermain bersama sementara ibu-ibu mereka mengawasi sambil mengobrol sendiri. Ibu S dan anaknya M terlibat di sana.
Suatu saat M mengambil mainan yang sedang dimainkan oleh temannya. Kedua anak itu akhirnya berebut dan menangis.
Karena tak enak hati, ibu S buru-buru memukul tangan M sambil membentak, “Kembalikan! Nakal kamu!” Lalu sambil berpaling ke arah ibu-ibu yang lain, ia berkata, “Memang anak ini bandel. Di rumah juga begitu, senangnya bikin rusuh.”
Mempermalukan adalah teknik yang umum sekali dipakai orangtua di mana-mana, bahkan di keluarga-keluarga yang paling ‘manis’ dan tak pernah melakukan kekerasan fisik. Bukan hanya orangtua. Kata-kata yang pedas seperti ini juga sering terdengar dilontarkan oleh guru-guru di sekolah.
Studi di Kanada menemukan bahwa hanya 4% anak yang merasa tidak pernah mengalami dipermalukan oleh orangtua dalam arti “pernyataan-pernyataan yang menolak, merendahkan, meneror, mengkritik secara destruktif, atau menghina” (Solomon & Serres, 1999).
Windell menegaskan: Tak seorang pun ayah atau ibu (atau guru), kalau dia betul-betul ingin anak memiliki percaya diri yang kuat, akan coba-coba mempermainkan harga diri anak, menggodanya dengan ‘candaan’ menghina terus-terusan, atau memakai bahasa sarkastis, meremehkan, atau komentar-komentar lain yang meruntuhkan martabat anak, apalagi di hadapan teman-temannya. (Bersambung)
Serial artikel 10 Teknik Disiplin Terburuk:
1. Kekerasan Fisik
2. Paksaan/Ancaman
3. Teriakan/Bentakan
4. Tuntutan Seketika
5. Nagging (Desakan)
6. Ceramah Moral
7. Reaksi Emosional Berlebihan
8. Mempermalukan
9. Memasang Perangkap
10. Membangkitkan Rasa Bersalah Berlebihan
no replies