Anak-anak terlahir membawa beragam potensi, kita percaya itu. Namun mereka juga punya satu kekurangan serius yang bisa menghambat proses aktualisasi potensi-potensi itu, yakni ketidakmampuan memusatkan perhatian. Perhatian anak-anak mudah teralih, pikiran mereka melompat-lompat ke sana kemari.
Konsentrasi adalah fondasi proses belajar. Tanpa konsentrasi, anak tak akan berhasil mencerna materi belajar yang paling sederhana sekalipun. Oleh karena itu, sebelum berambisi mengajari anak pandai ini-itu, kita perlu menguatkan dulu daya konsentrasinya.
***
Kita mungkin sering jengkel ketika anak tidak bisa memusatkan perhatian. “Sudah berulang-ulang dikasih tahu kok tetap nggak ngerti juga!” omel kita. Pertanyaannya, apakah kalau dimarahi anak jadi bisa lebih fokus? Kemungkinan besar tidak. Justru sebaliknya, tekanan mental-emosional makin membuyarkan konsentrasi anak.
Kita harus sadar bahwa anak-anak sulit fokus bukan karena mereka tidak mau, tapi karena belum mampu. Alih-alih dimarahi, anak perlu dibantu agar makin terampil mengarahkan perhatiannya secara bertujuan. Dia membutuhkan orang dewasa yang memahami tahap tumbuh kembangnya dan sabar mendampinginya berproses.
***
Mari kita amati bayi-bayi. Bukankah ada kalanya bayi bisa berkonsentrasi lamaaaaaa sekali pada sesuatu? Saat anak dimasukkan ke ember berisi air, misalnya. Kalau kita biarkan, dia bisa bermain air sampai berjam-jam.
Mengapa demikian? Apa yang membuat konsentrasi si bayi yang biasanya melompat-lompat bisa fokus dan berdurasi panjang dalam kasus itu?
Di sinilah kita melihat kerja satu faktor kunci yang bernama MINAT. Minat membuat si bayi tanpa kenal lelah mengulik suatu objek atau berinteraksi dengan orang lain.
Kita bisa tahu anak meminati sesuatu dari: (1) atensi yang tercurah pada satu objek itu dengan mengabaikan semua objek lainnya; (2) keinginan mereka untuk berelasi dengan objek tadi secara jasmaniah.
***
Minat merupakan sumber energi untuk mekarnya inteligensi seorang anak. Dari alam pikir bayi yang belum bisa membedakan antara dirinya dengan dunianya, semua bercampur baur seolah menyatu, minat mendorong bayi memberi atensi pada objek atau individu di sekelilingnya.
Itulah proses belajar pertama bayi, dan dari proses ini lama kelamaan ia mulai bisa membedakan dirinya dari dunia. Ia mengenali dan memilah identitas masing-masing objek di sekitarnya, memberi nama-nama, mengenali cara dunia bekerja.
Untuk tahun-tahun pertama kehidupannya, anak relatif mengikuti agenda alam dalam dirinya, sifatnya bertahap. Saat giginya tumbuh, ia berminat pada makanan. Saat tangan kakinya menguat, ia berminat merangkak, lalu berdiri, lalu berjalan, lalu berlari. Saat organ wicaranya siap, ia berceloteh, lalu bicara, lalu bercerita.
Semua minat ini muncul dan berkembang alamiah, dari sederhana menjadi makin kompleks. Kita perlu peka dan memfasilitasi, tapi tak perlu tergesa-gesa mengkarbitnya. Tidak perlu juga obsesif membandingkan antar anak, karena setiap anak punya jadwal genetik yang berbeda-beda.
***
Tahap-tahap tumbuh kembang anak, meski alamiah, tidak akan terjadi otomatis — harus ada stimulasi, dukungan, dan arahan orangtua atau pengasuhnya. Semua itu mesti kita sediakan bagi anak. Anak akan terhambat pertumbuhannya jika mengalami pengabaian (neglect).
Minat anak juga akan terhambat kalau ia terlalu banyak dilarang. Tanpa keleluasaan berinteraksi dengan objek – misalnya, jika kita melarang mereka menyentuh suatu barang karena kotor atau takut pecah – lambat laun minat anak pada objek itu akan surut atau lenyap sama sekali.
Awasi, arahkan, tapi jauhkan diri dari rasa tak sabar, apalagi memaksa, seandainya anak tidak maju secepat yang kita mau. Percayalah, menjalani proses mendampingi anak menguatkan dasar-dasar keterampilannya bukanlah waktu yang terbuang percuma.
***
Sampai dengan usia 7 tahun (bisa lebih), alam memberi amanat kepada anak untuk menguasai dasar-dasar persepsi dan gerakan serta bahasa. Anak yang sehat akan sibuk dengan eksplorasi, olah tubuh, dan kata-kata.
Kalau fondasi persepsi, gerak, dan bahasa ini beres, pada tahun-tahun berikutnya ia akan relatif mudah mencerna pengetahuan atau mempelajari keterampilan baru. Sebaliknya jika fondasinya semrawut, anak bakal terhambat untuk maju, sekalipun hasrat belajarnya tetap besar. Anak mungkin mesti menjalani berbagai terapi dulu agar bisa belajar secara efektif.
Jangan jadikan pelajaran akademis sebagai porsi kegiatan utama bagi anak-anak di bawah usia 8-9 tahun. Kegiatan edukatif utama buat anak prasekolah bersifat jasmaniah – merobek, meremas, membanting, dlsb. Dibacakan buku-buku bermutu akan baik buat mereka, tapi bermain bebas dan eksplorasi dunia sekitar tetap lebih penting.
***
Catatan penting bagi semua pendidik adalah bahwa ciri khas minat adalah datang dari dalam diri seseorang, tidak bisa dipaksakan dari luar. Kita bisa menyajikan sesuatu, tapi kalau anak tidak berminat, dia mungkin hanya akan memandang atau mendengar sekilas saja.
Jadi tak perlu heran kalau di kelas, walaupun seorang guru sudah super sabar menjelaskan berulang-ulang, anak bisa tetap tidak mengerti karena semua yang guru sampaikan itu lewat begitu saja, tak bermakna baginya.
Cobalah teknik narasi. Minta anak menceritakan kembali isi pelajaran yang ia anggap penting baginya. Minat anak akan muncul dan ia akan lebih berkonsentrasi dibanding kalau disuruh mendengar ceramah searah.
***
Minat anak ditunjukkan lewat kemampuan mempertahankan konsentrasi tanpa dipaksa. Jadi, orangtua harusnya senang kalau anak-anaknya atas inisiatif sendiri sibuk mengulik atau otak-atik aneka objek (entah tanah, air, blok mainan, dlsb.).
Anak sampai tenang tak bersuara karena sibuk mengulik sesuatu? Itu sangat bagus untuk perkembangan intelek dan watak mereka! Sebaiknya jangan interupsi kegiatan anak itu, kecuali untuk kewajiban-kewajiban yang prinsipiil.
Sebaliknya, anak yang hidupnya dari bangun tidur sampai tidur lagi jadwalnya semua diatur oleh orangtua, dari masuk sekolah sampai pulang jadwalnya semua diatur oleh guru, tanpa ruang untuk berinisiatif sendiri, lambat laun akan makin tak mengerti apa artinya “minat”.
***
Mengerjakan sesuatu dengan penuh minat bukan berarti anak akan betah terus mengerjakannya. Minat pun ada titik jenuhnya – di kelas, hilangnya minat tampak dari perilaku siswa yang tak lagi fokus pada tugas atau malah tertidur.
Memaksa anak yang sudah kelelahan atau kehilangan minat untuk terus memperhatikan boleh dibilang tak ada gunanya. Yang ia butuhkan saat jenuh itu adalah variasi kegiatan atau istirahat agar minatnya bangkit dan segar kembali.
Anak usia dini khususnya tidak akan tahan lama-lama disuruh duduk dalam ruangan. Mereka butuh jeda dari struktur, kesempatan bermain bebas dan berteriak-teriak. Namun jangan juga anak terus menerus bermain bebas karena ia juga butuh jeda dari kegiatan fisik, beristirahat, dan tidur.
***
Ringkas kata, agar bisa maju optimal dalam perkembangan inteleknya, sejak usia dini anak butuh butuh banyak sekali perhatian individual dan peluang bermain bebas.
Apakah sekolah mampu menyediakan kebutuhan itu? Sayangnya sering kali tidak. Guru sering hanya mengajar di depan kelas, bicara kepada grup, dan kurang memperhatikan siswanya satu per satu. Jadwal pelajaran yang padat dan top-down (diputuskan dari Pusat) juga kurang memberi ruang bagi bertumbuhnya minat siswa.
Bagaimana dengan lembaga PAUD? Sistem PAUD bisa bagus hanya jika para pendidiknya betul-betul paham seluk-beluk tumbuh kembang anak usia dini. Namun, tetap saja ada potensi pembelajaran di PAUD itu menjadi terlalu formal dan mekanis, rangkaian kegiatannya terlalu didominasi oleh guru, kurang ruang bagi anak untuk berinisiatif dan menjadi diri sendiri.
Secara teoritis, sampai dengan usia 6-7 tahun, situasi informal yang rileks dan banyak kebebasan paling cocok bagi tumbuh kembang anak yang optimal. Karena itulah pendidikan berbasis keluarga (home education) selalu lebih baik bagi anak-anak usia dini dibanding sekolah, kecuali orangtuanya absen atau tak mampu mendampingi. Setelah lewat 7 tahun, anak akan jauh lebih siap mengikuti pendidikan akademis terstruktur.
=========
Tulisan ini disadur dari bagian kedua artikel “Infants Development” yang ditulis oleh Dr. James Ward dan disunting oleh Charlotte Mason dalam The Parents’ Review Vol. 1 1890/1891.
Sumber foto: istimewa
no replies