Pendidik anak usia dini, baik orangtua maupun guru, harus paham prinsip-prinsip dasar perkembangan anak dan siswanya. Jangan langsung percaya pada mitos, beragam “katanya” yang beredar dan dianggap kebenaran oleh orang sekitar, hanya karena mitos itu sering diulang-ulang.
Alih-alih mudah hanyut begitu saja mengikuti pendapat umum, langsung mempraktikkan saran-saran yang membelai ego kita sebagai pendidik, kita mesti bersikap kritis. Periksa dulu kebenarannya, karena jika ternyata itu keliru, anak-anak kitalah yang akan menanggung kerugiannya.
Dalam artikel ini kita akan memeriksa beberapa pandangan dan praktik umum pendidikan anak usia dini, tepat atau tidaknya menurut kajian fisiologi dan psikologi.
***
Tepat atau tidak kalau anak usia dini (0-6 tahun) diminta belajar membaca, menulis, berhitung, atau subjek apa pun dalam durasi panjang?
Jawabannya: tidak tepat.
Anak-anak bukan orang dewasa. Fisik orang dewasa sudah selesai bertumbuh, anak-anak belum. Setiap hari, otak dan tubuh anak-anak harus bekerja ganda, bertumbuh kembang di satu sisi dan berpartisipasi dalam kegiatan hidup sehari-hari. Sungguh menguras energi!
Itu sebabnya, anak akan kesulitan kalau diminta fokus bekerja dalam durasi panjang seperti orang dewasa. Memaksa anak untuk bekerja melampaui batas kekuatannya berisiko merusak tubuh dan pikiran anak secara serius dan permanen.
***
Tepat atau tidak berkata kepada anak usia dini: “Kamu ini kerjaannya maiinnnn terus, kapan belajarnya?”
Jawabannya: tidak tepat
Buat anak-anak usia dini, bermain itu setara dengan bekerja. Keliru besar kalau kita menganggap anak yang bermain itu buang-buang waktu. Bermain adalah jenis pekerjaan yang paling dibutuhkan anak. Hilangkan kesempatan bermain, semangat anak segera redup dan ia akan stres.
Kita boleh mengajari mereka pekerjaan-pekerjaan “serius” ala orang dewasa, tapi durasinya jangan terlalu panjang, dan harus selalu diselang-seling dengan bermain bebas, maka anak akan menggarap tugas-tugas itu dengan tetap gembira.
***
Tepat atau tidak menuntut anak usia dini untuk selalu bersikap manis, duduk tenang, tidak usil, jangan lari-lari, jangan panjat-panjat, dsj.?
Jawabannya: tidak tepat.
Agar bertumbuh optimal, anak butuh diberi kesempatan bergerak yang memadai. Darahnya harus dipasok cukup nutrisi dan oksigen. Menyuruh anak berdiam terlalu lama dalam ruangan tak selaras dengan kebutuhan itu.
***
Tepat atau tidak membiarkan anak usia dini terus bermain meski sudah lewat jamnya tidur?
Jawabannya: tidak tepat.
Meskipun anak butuh banyak bermain dan bergerak, di sisi lain anak juga bisa kelelahan kalau terlalu banyak bermain. Seperti orang dewasa yang bakal ambruk kalau lembur berkepanjangan, begitu pula anak yang bermain terus tanpa henti.
Karena kekhasan fisiologisnya, anak-anak itu cepat lelah tapi juga cepat pulih. Agar ia sehat secara fisik dan mental, kuncinya adalah ia perlu disiplin mengikuti jadwal istirahat berkala yang teratur di antara jam bermain atau bekerja.
***
Tepat atau tidak menyuruh anak belajar saja, tidak usah dibebani dengan pekerjaan rumah tangga (chores) dengan alasan supaya dia tidak kelelahan?
Jawabannya: tidak tepat.
Asal ada jeda berkala untuk istirahat, otak manusia itu tahan banting, bisa memperbaiki diri, tidak mudah rusak. Kerja jasmani relatif tak mencederai otak dengan catatan atmosfer kerjanya penuh cinta kasih.
Yang berbahaya buat kesehatan otak adalah ketegangan mental-emosional berkepanjangan. Otak ibarat jam bagus – kalau tombol diputar, jarumnya ikut berputar, tapi kalau diputar terus-terusan akhirnya los (koneksi putus). Sekalipun tidak ditugasi pekerjaan rumah tangga, tapi setiap hari ditekan untuk berkompetisi, otak anak tetap bisa “korslet”.
Selain itu, gerak jasmani punya relasi erat dengan kesehatan moral. Bukan berarti anak bertubuh sehat otomatis baik budi, tapi banyak gerak badan membantu anak lebih bisa mengendalikan hasrat buruk dan emosi impulsifnya.
Anak yang terbiasa bermalas-malasan cenderung berpikir lamban, gampang tantrum, lebih rentan dirasuki imajinasi liar. Namun anak yang digembleng terbiasa menggarap tugas rumahan (chores) sehari-hari, sekaligus difasilitasi banyak bermain aktif, tubuhnya mungkin lelah tapi pikirannya bersih dan sigap, sikapnya ceria dan bersahabat.
***
Tepat atau tidak menganggap anak itu kertas kosong yang bisa ditulisi apa saja oleh orangtua atau guru?
Jawabannya: tidak tepat.
Pertama-tama dalam diri anak ada warisan genetik dari sejarah para leluhurnya. Warisan ini akan diaktivasi begitu anak mulai mencerap lewat indra-indranya: pemandangan, suara, sentuhan, cita rasa, bau.
Konfigurasi genetik dan pengalaman yang beragam membuat anak juga akan membangun asosiasi, koneksi, relasi dengan dunia secara beragam. Arah minat dan kecepatan belajar anak-anak untuk tiap subjek pun akan jadi berbeda satu sama lain.
Isi kesadaran manusia itu misterius. Proses perkembangan bayi dari lahir sampai jadi pribadi dewasa memang akan sangat dipengaruhi oleh pengasuhan dan budaya tempat ia tinggal, tetapi sebagai manusia, setiap anak selalu bisa memilih jalan hidup yang berbeda dari kemauan orangtua atau gurunya.
***
Tepat atau tidak berkata kepada anak: “Kamu kayak gitu aja kok nggak bisa-bisa sih? Itu lihat, teman-temanmu yang lain sudah bisa!”
Jawabannya: tidak tepat.
Karena anak itu pribadi utuh, bukan kertas kosong, teknik mengajar yang efektif di satu anak mungkin perlu diotak-atik dulu sebelum bisa cocok untuk anak lainnya. Teknik mengajar hanyalah sarana.
Ini berarti ada dua PR kita sebagai pendidik. Pertama, kita harus tahu jelas soal tujuan pendidikan. Kedua, kita juga mesti mengenali keunikan tiap siswa. Mustahil kita bisa menjadi pendidik yang berhasil jika tidak paham arah pembelajaran atau individualitas anak yang kita didik.
Kalau kita melihat peran kita, entah sebagai orangtua atau sebagai guru, ini amanat dari Tuhan, berarti kita berhutang untuk sungguh-sungguh merefleksikan visi pendidikan yang selaras dengan kehendak-Nya, sekaligus makin menyelami kepribadian tiap-tiap anak dan siswa kita. Kita mesti terus mencari tahu pendekatan mana yang paling tepat untuk masing-masing mereka.
=========
Tulisan ini disadur dari bagian pertama artikel “Infants Development” yang ditulis oleh Dr. James Ward dan disunting oleh Charlotte Mason dalam The Parents’ Review Vol. 1 1890/1891.
Sumber foto: istimewa
no replies