“Hindari dengan segenap daya apa saja yang menyebabkan trauma persalinan pada bayi!” Suara bersemangat perempuan itu menggetarkan gendang telinga dan hati saya. Dialah Robin Lim, bidan peraih penghargaan CNN Hero of the Year 2011.
Saya menyimak uraiannya mengenai persalinan tanpa trauma di sesi wawancara Conscious Parenting Summit 2012. Sebagai konselor laktasi, saya sudah terbiasa mensosialisasikan soal standar emas makanan bayi: inisiasi menyusu dini, ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, terus menyusui sampai minimal 2 (dua) tahun, dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) buatan rumah yang bergizi. Namun, Robin Lim punya pesan-pesan yang lebih radikal lagi tentang bagaimana menyambut seorang bayi ke dunia tanpa trauma persalinan.
Cari Ilmu Sebelum Jadi Ibu
Persiapan menjadi ibu sudah Robin mulai jauh-jauh hari. Sejak remaja warga Amerika keturunan Filipina ini sudah mulai melakukan riset kecil-kecilan tentang cara terbaik melahirkan dan membesarkan anak. “Waktu itu bacaan belum sebanyak sekarang, tapi saya belajar dari apa saja yang tersedia,” kenangnya.
Robin melahirkan anak-anaknya lewat proses gentle birth di rumahnya sendiri, memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan dan terus menyusui sampai anak-anaknya menyapih diri sendiri pada umur … 4-5 tahun!
“Rencanakanlah dengan seksama proses menyusuimu,” pesan Robin. “Itu adalah satu hal penting yang bisa kau lakukan untuk memastikan bayimu lebih sehat, lebih cerdas, lebih panjang umur, dan hidup lebih puas dan bahagia secara rohani maupun sosial. Satu langkah itu saja. Kau bahkan tidak perlu keluar uang!”
Saat anak-anaknya lahir, Robin tidak langsung memotong tali pusar mereka, namun membiarkan tali pusar dan plasenta itu tetap sebagaimana adanya sampai akhirnya semua mengering dan terlepas dengan sendirinya (lotus birth).
Dari riset pribadinya, pendiri klinik Bumi Sehat di Bali ini tidak menemukan satu bukti medis pun yang menguatkan bahwa dokter atau bidan harus segera memotong tali pusar begitu bayi lahir. Maka ia menyimpulkan bahwa praktik memotong tali pusar itu didasarkan pada mitos belaka, tidak terbukti ada manfaatnya, kecuali untuk mempermudah dan meringankan beban kerja tenaga kesehatan.
Semua ibu yang ditolong oleh Robin di Bumi Sehat, termasuk anak dan menantunya sendiri, menerapkan gentle birth dan lotus birth. Bayi dibiarkan menyerap semua sel punca (stem cells) yang masih dialirkan plasenta lewat tali pusar sampai akhirnya tali itu copot dengan sendirinya.
Melihat bayi-bayi lotus birth ini tumbuh sehat dan cerdas, bahkan melampaui rata-rata teman sebayanya yang mengikuti prosedur “normal”, Robin yakin bahwalotus birth meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan mencegahnya mengalami anemia karena suplai darah dari plasenta terjadi optimal.
Melayani dengan Cinta
Robin merasakan panggilan hidupnya memang di sektor pelayanan kesehatan. Ia meyakini, “Pelayanan kesehatan adalah hak asasi manusia dan kita harus terus menyuarakan itu!”
Sepak terjang perjuangan ibu delapan anak ini sebagai bidan dan pendiri klinik Bumi Sehat di Bali sangat luar biasa. Ia pergi menolong persalinan kapan pun ia dipanggil, tak peduli pagi-siang-sore-malam. Ia memberi pelayanan gratis bagi para ibu miskin, menyediakan jasa, makanan, transportasi, alat komunikasi, dan sebagainya. Ia menampung bayi-bayi yang tak dikehendaki oleh orangtua mereka. Ia mengorganisir masyarakat, membuat jejaring sukarelawan awam maupun pakar, mendidik para calon tenaga kesehatan, dan masih banyak lagi.
Ada kisah menarik ketika suatu kali Robin diminta memberikan ceramah setengah hari pada 80 calon bidan oleh salah satu lembaga pendidikan. Pengelola lembaga itu bilang, “Kami bisa mengajari mereka aspek medisnya, tapi kami tidak tahu bagaimana membuat mereka melayani dengan cinta. Kaulah yang bisa melakukannya.”
Tak Patah oleh Kegagalan dan Trauma
Terus terang, menyimak semua yang dikatakan Robin, muncul penyesalan di hati saya: mengapa semua pengetahuan ini baru saya ketahui setelah anak-anak saya lahir. Jangankan gentle birth atau lotus birth, ASI Ekslusif pun gagal saya berikan untuk anak pertama saya.
Namun, Robin menyemangati ibu-ibu yang menyesal macam saya dengan mengutip kata-kata Elizabeth Kubler Ross, “People are 100% repairable!” – manusia itu selalu bisa diperbaiki. Robin sendiri lahir penuh trauma dan sama sekali tidak disusui, namun dari pengalamannya ia menyimpulkan suatu hikmah:
Hidup memang tak bisa diputar ke belakang, maka penyesalan atas masa lalu kita atau anak kita yang buruk merupakan awalan yang baik untuk mencegah keburukan yang sama berulang di masa depan. Setidaknya kita bisa mencegah orang lain melakukan kesalahan serupa
no replies