KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
April 23, 2013  |  By Ellen K In Pengembangan Diri
Setelah Menemukan “Passion”, Lalu?
Tomonari "Black" Ishiguro, sang master yoyo. (Dok. Istimewa)
Tomonari "Black" Ishiguro, sang master yoyo. (Dok. Istimewa)
Post Views: 142

Pada usia 14 tahun, rasa percaya dirinya sangat rendah. Ia merasa tidak punya bakat apa-apa.Suatu hari dia membeli sebuah yoyo. Saat mencoba memainkannya pertama kali, yoyo hanya terlontar bergantung-gantung. Hasilnya sungguh mengecewakan. Trik yang paling mudah pun tak bisa ia kerjakan!

Kegagalan itu tidak mengejutkan karena Tomonari Ishiguro, remaja tadi, memang tak pernah pandai dalam (bahkan benci pada) olahraga apa pun. Namun, setelah berlatih selama seminggu, permainan yoyo-nya mengalami kemajuan. “Lumayan,” pikirnya, “sepertinya aku bisa jadi pemain yoyo hebat.”

Ya, untuk pertama kali dalam hidupnya, Ishiguro merasa bergairah. Maka hari-hari berikutnya ia habiskan untuk berlatih yoyo. Berjam-jam sehari supaya keterampilannya naik satu tingkat lagi dan lagi.

Empat tahun kemudian, di usia 18 tahun, ia berdiri di panggung The World Yo-Yo Contest. Dan dia menang! Alangkah berbunga-bunga hatinya. “Yes! Akhirnya aku berhasil! Aku jadi pahlawan. Aku bisa dapat banyak sponsor. Aku akan dapat banyak uang. Aku akan diwawancarai koran. Aku akan masuk TV!”

Kenyataannya? Saat kembali ke kampung halamannya, ternyata hidup sama sekali tidak berubah. Masyarakat tidak menghargai passion-nya. Dengan pahit, Ishiguro melanjutkan sekolah, kuliah, lalu bekerja menjadi karyawan seperti orang-orang lain pada umumnya. Dia merasa gairah hidupnya, hati dan jiwanya, telah melayang meninggalkan tubuh. Rasanya seperti mayat hidup yang berjalan.

Lalu tibalah momen itu, momen ketika Ishiguro mendapatkan pencerahan: Kalau masyarakat belum bisa menghargai yoyo, berarti aku yang harus mengubah masyarakat! Ia lantas bertekad belajar lebih keras lagi agar bisa menampilkan di atas panggung betapa spektakulernya yoyo itu, supaya citra publik tentang yoyo berubah.

Ishiguro pun keluar dari pekerjaannya dan menetapkan hati untuk menjadi seniman panggung profesional. Dia lalu belajar balet klasik, tari jazz, akrobat, apa saja yang bisa meningkatkan keterampilannya beratraksi yoyo. Setelah periode panjang kerja keras, melampaui berbagai tantangan, bertemu dengan banyak pihak yang memberi jalan keluar, kini berdirilah dia di sini: di atas panggung prestisius TED.

Kini dengan nama panggung BLACK, pemuda Jepang juara dunia yoyo dua kali (kali kedua dia menang sebagai penampil artistik terbaik) dan anggota grup akrobat kelas dunia Cirque du Soleil betul-betul berhasil “menaklukkan” publik.

Secara pribadi, dalam peran saya sebagai orangtua, BLACK mengingatkan kembali urgensi kata-kata Charlotte Mason. “Berikanlah kepada anakmu satu ide yang berharga, maka engkau telah berkontribusi bagi pendidikannya lebih banyak ketimbang membebankan pada benaknya berton-ton informasi; karena anak yang bertumbuh dengan sedikit saja ide besar telah terjamin gairah belajarnya, telah tergariskan karir masa depannya.” (Volume 1, hlm. 174).

Namun, kisah Black di panggung TED itu memberi pesan lain: bahwa menemukan passion bukanlah akhir, melainkan awal perjalanan hidup. Masih terbentang perjalanan panjang agar visi indah di kepala kita bisa mewujud, apalagi diterima menjadi visi banyak orang.

Sampai di sini saya langsung teringat pada pidato mediang pendiri Apple, Steve Jobs, ketika didaulat menyampaikan pidato di acara wisuda Universitas Stanford tahun 2005. Pertama-tama dia bilang bahwa dia beruntung, telah menemukan passion-nya di usia muda. Namun, ternyata jalan mewujudkannya berliku-liku dan menyakitkan. Saat bisnis Apple sedang sukses-suksesnya, dia justru ditendang dari perusahaan yang dia dirikan sendiri, dan harus mulai dari nol lagi.

Seperti Black, Jobs juga sempat merasa gagal, malu, frustrasi. Akan tetapi di satu titik, dia berkata, “Aku masih mencintai bidang kerjaku ini!” lalu bangkit dan mendirikan Pixar, yang menjadi sangat sukses. Dari semua pengalaman jatuh-bangunnya itu, Jobs menyampaikan refleksi:

“Kau harus menemukan apa yang kau cintai. Baik pekerjaan ataupun pasangan. Karir akan mengisi sebagian besar waktu hidupmu, dan satu-satunya cara untuk sepenuhnya puas adalah melakukan apa yang kau yakini sebagai pekerjaan besar. Dan jalan satu-satunya melakukan pekerjaan besar adalah dengan mencintai melakukannya. Kalau kau belum menemukan, teruslah mencari. Jangan menetap dulu. Seperti semua perkara hati lainnya, kau akan tahu itulah dia saat kau menemukannya.”

Selalu begitulah pesan klasik dari orang-orang sukses tentang pentingnya menemukan passion, visi, tujuan, makna hidup. Selebihnya hidup kita hanyalah catatan kaki tentang bagaimana dan seberapa keras upaya kita untuk mewujudkannya. Jadi, Anda merasa sudah menemukan passion? Tunjukkanlah cintamu lewat perjuanganmu

Facebook Comments

Article by Ellen K

Ellen Kristi. Ibu tiga anak homeschooler, praktisi metode CM dan penulis buku "Cinta Yang Berpikir", berdomisili di Semarang. Dapat dihubungi lewat ellenkristi@gmail.com

Previous StoryPlug-In Drug #5: Apa yang Dirampas TV dari Anak-Anak Kita?
Next StoryPlug-In Drug #6: Generasi Layar Kaca yang Makin Enggan Membaca

Related Articles

  • kids-in-careers_736_420
    Profesi Mana yang Paling Tepat Untuk Anak Tekuni?
    View Details
  • Pengembangan Diri_Resep Jadi Orang Sabar
    Resep Jadi Orang Sabar
    View Details

no replies

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • Mendampingi Anak Belajar Seni Berpuisi February 28, 2021
  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #4 February 18, 2021
  • Podcast #35: Belajar Sastra ala Metode CM February 14, 2021
  • Pelajaran Berhitung Pertama Anak Prasekolah February 11, 2021
  • Apa Ruginya Kalau Anak Tidak Kenal Ninabobo dan Tembang Dolanan? February 9, 2021
  • Podcast #34: Tetap Kalem Saat Anak Emosional February 6, 2021
  • Refleksi Seorang Guru tentang Kesalahan Umum Orangtua dan Guru February 5, 2021
  • DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6 February 3, 2021
  • Yang Harus Dibenahi dalam Pendidikan Sains Kita February 2, 2021
  • Podcast #33: Proses Belajar Menulis Kreatif ala Metode CM January 30, 2021

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • 10 Ciri Pribadi Kekanak-kanakan dan Solusinya 164 views | 0 comments | by admin | posted on September 16, 2017
  • Mendampingi Anak Belajar Seni Berpuisi 137 views | 0 comments | by admin | posted on February 28, 2021
  • Mengapa Anak Tantrum dan Cara Terbaik Menghadapinya 109 views | 0 comments | by Ellen K | posted on August 1, 2012
  • Rilis Rekomendasi Tim Kurikulum CMid Tahap #1 53 views | 0 comments | by admin | posted on February 12, 2019
  • DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6 51 views | 0 comments | by admin | posted on February 3, 2021

KOMENTAR TERKINI

  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Sizi on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Normalita h on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Ardiba on Pendidikan ala CM untuk Keluarga Muslim
  • Ellen K on Membantu Anak Menemukan Tujuan Hidupnya

Visitors

Today: 112

Yesterday: 651

This Week: 1465

This Month: 9870

Total: 243154

Currently Online: 133

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.