Mengajak anak-anak ke alam sudah menjadi prioritas penting dalam rutinitas keseharian kami dari semula. Tanpa membaca pemikiran CM pun, nature walk sudah menjadi bagian dari hidup kami. Bolehlah menyebut kami sebagai outdoor people.
Setelah mendalami pemikiran CM, saya jadi paham bahwa nature study melampaui sekadar menikmati jalan-jalan di alam. Namun mulanya, sebelum benar-benar praktik, nature study terkesan abstrak dan njlimet bagi saya. Jujur saja, ini adalah hal baru yang belum pernah kami lakukan. Kami pun belum melihat secara langsung orang lain mempraktikkannya.
Waktu itu, bayangan saya tentang nature study adalah menyusun serangkaian pembelajaran terstruktur bin ilmiah tentang alam. Saya pikir saya harus mengumpulkan field guide yang sesuai agar bisa mengajak anak lebih mengenal alam. Saya mesti menentukan alam mana yang harus dituju supaya pas dengan agenda pembelajaran yang sudah disusun tadi.
Saya makin bingung karena, saat riset tentang ini, saya merasa tersesat di belantara penyedia kurikulum nature study. Mereka seolah mengobok-obok persepsi saya tentang apa sebetulnya prinsip dan metode mendasar. Apa yang paling perlu dipahami sebelum praktik? Benak saya jadi ruwet.
Mudah diduga, belum-belum saya sudah mengkeret, ujung-ujungnya batal mengeksekusi karena merasa belum siap. Kami sempat menunda pelaksanaan nature study sampai setahun setelah mempraktikkan metode CM secara terstruktur dalam keseharian homeschooling kami.
A-ha Moment
Saya lalu berefleksi. Hati bertanya, sebenarnya untuk apa pentingnya anak-anak (dan juga saya) melakukan nature study? Saya tiba-tiba tersadar bahwa saya belum memahami gambaran besarnya sehingga ragu-ragu mau mulai melangkah.
Begitulah, sisi ngotot saya tidak yakin kalau nature study itu sulit dilakukan. Metode CM yang saya kenal memang memancang ideal yang tinggi tentang pendidikan, tapi juga memberikan ruang yang luas untuk penyesuaian personal (kustomisasi), asal masih berpijak pada prinsip-prinsip pendidikannya.
Aspek pendidikan CM lain seperti living books, picture study, dan lain-lain, sangat bisa disesuaikan dengan kebutuhan anak dan keluarga, mustinya demikian juga dengan nature study. Jadi penekanannya adalah pada pemahaman terhadap prinsip CM. Pastilah ada prinsip-prinsip yang menjadi koridor pelaksanaan nature study. Ketika praktik, berpeganglah pada itu!
Akhirnya, saya menemukan suatu jalan keluar dari kebingungan ini. Menurut saya, langkah pertamanya haruslah memahami latar belakang pemikiran CM tentang nature study sebagai metode. Artinya, memahami filosofi mendasarnya.
Langkah keduanya adalah menutup mata terhadap segala macam kurikulum instan tentang nature study. Saya harus bisa membedakan antara metode dan kurikulum. Mari fokus pada metode, kurikulum bisa menyesuaikan!
[Belakangan saya merasa lucu sendiri mempunyai pola pikir yang begitu terbalik tentang nature study. Seharusnya ke alam dulu, rencana pembelajaran dan field guide menyesuaikan kemudian! Untungnya, kami masih membaca living books tentang kisah-kisah alam dan tetap rutin jalan-jalan di alam, sehingga niat melakukan nature study masih terjaga – tidak menguap begitu saja.]
no replies