KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • CMid
    • Tentang CMid
    • Keanggotaan CMid
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • BAHAN BELAJAR
    • PRINTABLES
      • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • CYB
    • ORDER
    • RESELLER & DROPSHIPPER
  • ARTIKEL
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • BERITA
  • CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • CMid
    • Tentang CMid
    • Keanggotaan CMid
  • KOLOM
  • PODCAST
  • BAHAN BELAJAR
    • PRINTABLES
      • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • CYB
    • ORDER
    • RESELLER & DROPSHIPPER
  • ARTIKEL
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • BERITA
December 26, 2016  |  By Ellen K In Kata Riset
Teman Dekat Pengaruhi Rasa Takut Anak
Rasa takut perlu dibicarakan. (Dok. Istimewa)
Rasa takut perlu dibicarakan. (Dok. Istimewa)
Post Views: 145

Persepsi anak-anak usia sekolah tentang berbahaya tidaknya sesuatu, serta bagaimana mereka meresponsnya, bisa dipengaruhi oleh sikap teman dekatnya. Demikian hasil riset terbaru Universitas East Anglia (UEA) yang dipimpin oleh Dr. Jinnie Ooi.

Dirilis dalam jurnal Behaviour Research and Therapy edisi Desember, riset ini ingin mengetahui apakah teman dekat saling mempengaruhi rasa takut, baik dalam hal sudut pandang maupun respons yang diberikan anak-anak.

Para peneliti sebelumnya telah mengenali ketakutan sebagai perasaan yang umum dialami anak-anak. Meskipun rasa takut akan berkurang seiring pertambahan usia, jika dibiarkan, beberapa anak terus membawa bahkan mengembangkan rasa takut terhadap hal-hal yang spesifik hingga mereka dewasa. Fobia dan kecemasan berlebih ini bisa mengganggu kehidupan mereka sehari-hari.

Rasa takut dapat dipengaruhi oleh warisan genetik dan pembelajaran langsung serta informasi yang anak peroleh dari orang lain, seperti orangtua. Penelitian UEA menambahinya dengan temuan bahwa penyebaran rasa takut sekaligus antisipasinya juga berlangsung lewat hubungan dekat dan persahabatan.

“Temuan kami memberi indikasi bahwa persahabatan bisa jadi ajang berbagi pemikiran negatif, dan bisa juga membuat pikiran negatif itu bertahan terus,” kata Dr. Ooi. Ini menjadi riset pertama yang mengukuhkan bahwa anak-anak yang berteman dekat akan berbagi pola pemikiran yang sama tentang rasa takut.

Satu poin temuan yang penting adalah tidak meningkatnya rasa takut ketika anak membahas yang mereka takuti bersama teman-temannya. Temuan ini mendukung teknik terapi dalam kelompok (peer group therapy). Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para profesional yang merawat anak-anak pengidap rasa gelisah berlebihan, misalnya dengan merancang terapi yang melibatkan bantuan teman dekat pasien agar bisa mengatasi rasa takutnya.

Jika ditarik lebih jauh, sekolah yang ingin melakukan intervensi untuk mengurangi rasa gelisah para siswanya, dapat melatih pasangan sahabat untuk membicarakan dan menyelesaikan rasa khawatir mereka secara positif. “Strategi membicarakan rasa takut  dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai bisa jadi berguna,” tambah Ooi.

Penelitian UEA melibatkan 242 anak-anak sekolah di Inggris usia 7-10 tahun. Setelah diukur kegelisahan dan rasa takutnya lewat kuesioner, mereka ditunjuki gambar binatang yang asing bagi mereka. Anak-anak ini diberi dua versi informasi, yang salah satunya menggambarkan binatang itu sebagai makhluk berbahaya, lantas rasa takut mereka kembali diukur.

Berikutnya, anak dipasang-pasangkan dengan teman dekatnya (40 pasangan laki-laki, 55 pasangan perempuan-perempuan, 26 pasangan laki-perempuan). Tiap pasangan membahas tentang perasaan mereka tentang si binatang asing, lalu respons ketakutan mereka dinilai lagi.

Untuk mempelajari pengaruh diskusi terhadap perilaku, selanjutnya anak-anak diberi peta berisi gambar lokasi berpagar dengan binatang “berbahaya” itu di ujung jalan, kemudian anak diminta menentukan seberapa jauh dia hendak menghindari binatang itu. Setelah semua tugas selesai, baru anak-anak dijelaskan informasi sebenarnya tentang binatang tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan betapa anak-anak saling mempengaruhi selama diskusi dan respons ketakutan mereka menjadi mirip dengan teman dekatnya, lepas dari tingkat rasa ketakutan mereka semula. Yang menarik, selama diskusi pasangan anak laki-laki menunjukkan peningkatan tajam dalam respons ketakutan, sementara pasangan anak perempuan justru menurun. (EK)

Facebook Comments

Article by Ellen K

Ellen Kristi. Ibu tiga anak homeschooler, praktisi metode CM dan penulis buku "Cinta Yang Berpikir", berdomisili di Semarang. Dapat dihubungi lewat ellenkristi@gmail.com

Previous StoryAroma Pengaruhi Emosi dan Perilaku Sosial Anak
Next StoryNature Study: Harusnya Tidak Rumit!

Related Articles

  • Kolom_Gaya Belajar
    Mitos Gaya Belajar dan Salah Kaprah Kecerdasan Majemuk
    View Details
  • Ayah dan putri kecilnya. (Dok. Agus Budi Santoso)
    Oksitosin Bikin Ayah Lebih Sayang Anak
    View Details

no replies

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #9 May 23, 2022
  • Pelatihan “Habit of Attention” Angkatan #2 April 4, 2022
  • Podcast #53: Belajar Sejarah yang Hidup dalam Metode CM March 27, 2022
  • Podcast #52: “Liberal Education for All”, Merdeka Belajar ala CM March 6, 2022
  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #8 February 26, 2022
  • Podcast #51: Memilih Sumber Belajar Metode CM February 6, 2022
  • DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10 January 12, 2022
  • Pengantar Rekomendasi “Living Books” Tim Kurikulum CMid November 10, 2021
  • Rekomendasi Buku Terjemahan AO November 9, 2021
  • Rekomendasi Buku Lokal dan Terjemahan Selain AO November 8, 2021

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #9 64 views | 0 comments | by admin | posted on May 23, 2022
  • Pengantar Rekomendasi “Living Books” Tim Kurikulum CMid 21 views | 0 comments | by admin | posted on November 10, 2021
  • Rekomendasi Buku Terjemahan AO 21 views | 0 comments | by admin | posted on November 9, 2021
  • Rekomendasi Buku Lokal dan Terjemahan Selain AO 20 views | 0 comments | by admin | posted on November 8, 2021
  • 10 Ciri Pribadi Kekanak-kanakan dan Solusinya 16 views | 0 comments | by admin | posted on September 16, 2017

KOMENTAR TERKINI

  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10
  • Endang sri wahyuni on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10
  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10
  • Ain on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10
  • Ica on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10
  • BundaZiyan on Heidi Menjawab Pertanyaan Azka tentang Tuhan

Visitors

Today: 167

Yesterday: 984

This Week: 11562

This Month: 59619

Total: 501171

Currently Online: 168

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.