Terkenal sebagai “hormon cinta” antara ibu dan anak, oksitosin ternyata berguna juga untuk mempererat ikatan batin antara ayah dan anak. Apabila dosis oksitosin dalam tubuh pria ditingkatkan, bagian otak pengatur rasa bahagia dan empati menjadi lebih aktif saat melihat anaknya.
Itulah hasil temuan tim peneliti dari Universitas Emory di Atlanta, Amerika Serikat, yang diterbitkan dalam jurnal Hormones and Behavior, Februari 2017 ini. Peneliti utama James Rilling tertarik untuk menyelidiki pengaruh hormon pada perilaku keayahan karena ingin tahu mengapa sebagian ayah mau sangat terlibat dalam mengurus anak, sedangkan sebagian lainnya kurang peduli.
Makin banyak penelitian mengkonfirmasi, keterlibatan ayah berperan mengurangi angka kematian dan kesakitan anak-anak, sekaligus meningkatkan kesehatan sosial, psikologis, dan prestasi pendidikan mereka. Namun, bagaimana sebetulnya mekanisme syaraf otak yang menimbulkan kasih sayang keayahan itu?
Rilling dan timnya lantas meneliti sejumlah lelaki yang baru saja menjadi ayah, dengan anak berusia 1-2 tahun. Sebagian diberi oksitosin lewat semprotan, sebagian lagi tidak. Setelah itu otak para ayah muda ini dipindai dengan MRI sembari mereka menonton foto anaknya sendiri, foto anak tak dikenal, dan foto orang dewasa tak dikenal.
Hasil riset menunjukkan aktivitas otak para ayah penerima dosis oksitosin meningkat di bagian-bagian yang mengatur rasa bahagia dan empati saat melihat anaknya. Menurut Rilling, ini menambah bukti bahwa bukan hanya ibu yang mengalami perubahan perilaku akibat pengaruh hormon, tapi juga ayah.
Selama ini oksitosin sudah dikenal memainkan peran penting dalam proses menjadi ibu, mulai dari kehamilan, persalinan, menyusui, sampai pengasuhan. Namun, riset-riset terbaru memberi indikasi bahwa laki-laki pun mengalami perubahan hormonal, khususnya peningkatan oksitosin, setelah menjadi ayah. Hadirnya oksitosin membuat ayah lebih bisa menyelaraskan emosinya dengan emosi anak-anaknya.
Dibutuhkan riset-riset lanjutan untuk memahami lebih baik peran oksitosin dalam pembentukan ikatan batin ayah-anak. Diharapkan ke depannya bisa diupayakan terapi oksitosin untuk membantu peningkatan perilaku kasih sayang keayahan. “Suatu hari kelak mungkin [oksitosin] bisa dipakai untuk menormalisasi defisit motivasi keayahan, seperti pada para pria yang mengalami depresi pasca persalinan,” kata Rilling.
no replies