Ketika melihat saya datang hendak menjemputnya dari rumah nenek, raut muka Kiran tampak seketika tegang. Tangannya bergerak menyembunyikan sesuatu di bawah bantal. Ia pun langsung berlari memeluk saya, mengatakan ia tidak main tablet. Saat itu Kiran berusia 4 tahun dan saya sadar ia sedang berbohong.
Waktu itu saya belum belajar banyak tentang parenting, apalagi pemikiran Charlotte Mason tentang habit of truthfulness. Jadi yang saya lakukan ketika tahu Kiran berbohong adalah memarahinya dan melarangnya untuk main ke rumah neneknya selama beberapa hari. Namun setelah terulang lagi beberapa kali, saya sadar melarang Kiran ke rumah neneknya bukanlah solusi. Ketika berada di sana tanpa saya atau ayahnya, ia selalu melanggar larangan yang sama.
***
Dari beberapa artikel dan buku parenting yang saya baca dan setelah berefleksi, saya sadar Kiran berulang kali berbohong karena ia masih belum bisa mengontrol keinginan dirinya. Akhirnya saya mencoba cara yang berbeda.
Saya sadar saya pun harus mengubah cara saya merespons ketika Kiran berbohong. Saya mau agar Kiran selalu berkata jujur, seburuk apa pun yang telah dilakukannya. Akhirnya saya mengubah sikap. Saya bilang padanya, “Kalau kamu cerita apa adanya, Bunda mungkin sedih mendengarnya, tapi Bunda akan bangga karena Kiran berani bicara jujur.”
Setelah saya menerapkan cara tersebut, Kiran mulai terbuka dan mau menceritakan apa pun yang telah dilakukannya tanpa merasa takut terhadap saya, meskipun dia melakukan hal yang dilarang atau melanggar kesepakatan yang telah kami buat.
Ketika ia berbohong, saya mencoba untuk tidak marah kepadanya. Jadi ketika Kiran bilang, “Bun, tadi aku main tablet di rumah nenek!” padahal aturannya tidak boleh main tablet, saya peluk Kiran. Saya usap kepalanya. Saya hargai kejujurannya dengan membalasnya dengan, “Terima kasih sudah berkata jujur, lain kali coba dilawan ya keinginannya main tablet”.
***
Setelah mengenal metode Charlotte Mason, ternyata yang saya lakukan itu sesuai dengan prinsip habit of truthfulness. Kebiasaan jujur ini termasuk kebiasaan yang paling diutamakan Charlotte Mason setelah kebiasaan taat pada hukum (habit of obedience) dan kebiasaan memperhatikan (habit of attention).
Gagasan Charlotte Mason tentang habit of truthfulness berikut panduan melatihnya saya baca dari buku Laying Down The Rails: A Charlotte Mason Habits Handbook karya Sonya Shafer. Salah satu tekniknya adalah mengajar lewat cerita inspiratif (living books).
Kami punya buku Aesop Fables dan ada satu cerita berjudul The Boy Who Cried Wolf. Dikisahkan di situ, ada seorang anak gembala yang suka menipu orang sekitarnya, minta mereka datang menolong seolah ada serigala datang, padahal tidak ada serigala. Akhirnya anak itu tidak dipercaya lagi. Saat serigala betul-betul datang menyerang ternaknya, tak ada yang mau menolong meski dia sudah berteriak-teriak.
Karena Kiran sangat suka dibacakan cerita, mulailah saya dan ayahnya membacakan cerita itu kepadanya sebagai pelajaran tentang kejujuran. Kebetulan kami juga punya versi audio cerita itu yang bisa didengarkan berulang-ulang di mobil. Kami juga menemukan DVD Sesame Street tentang Telling Truth di toko buku.
Selain fabel Aesop, ada banyak sekali cerita-cerita dari pustaka hidup yang mengajarkan tentang kejujuran, seperti Regulus, Jenderal Roma yang selalu berkata jujur, Damon and Pythias, dua sahabat setia yang tidak pernah mengingkari kata-katanya, dan Pinokio, boneka kayu yang belajar tentang arti kepatuhan dan kejujuran.
Makin belajar tentang metode Charlotte Mason, makin saya jatuh cinta. Setelah menerapkan metode ini, mengajar lewat cerita dari living books, Kiran semakin terbuka dan lebih memahami konsep kejujuran.
***
Selain membacakan Kiran pustaka hidup, kami juga sering mengajak Kiran berdiskusi tentang kejujuran dari pengalaman masa kecil kami berdua ataupun kejadian dengan teman-temannya. Apapun selalu kami diskusikan dengan harapan Kiran paham pentingnya berkata jujur.
Menanamkan kebiasaan jujur tidak akan bisa dilakukan jika orang tua tidak mencontohkan perilaku jujur. Oleh karena itu, kami berusaha dengan kesadaran penuh untuk selalu berkata jujur kepada Kiran. Orangtua adalah teladan utama anak, jadi mencontohkan kebiasaan jujur adalah tanggung jawab kami.
Dan yang paling penting adalah memberikan kepercayaan kepada Kiran. Akan tiba masanya Kiran harus bisa melakukan banyak hal sendiri tanpa bantuan dan pantauan orang tua. Kiran juga harus tahu bahwa setiap perbuatan dan perkataan darinya memiliki konsekuensi, dan harus dipertanggungjawabkan.
Sesekali waktu Kiran mungkin akan melakukan kesalahan. Peran kami adalah membantu Kiran belajar dari kesalahan tersebut. Anak yang mendapatkan kepercayaan akan belajar untuk menjaga kepercayaan tersebut.
no replies