KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
November 28, 2012  |  By Ellen K In Praktik CM
Kencan Bermain a la CM
Menerapkan masterly inactivity dalam kencan bermain. (Dok. Istimewa)
Menerapkan masterly inactivity dalam kencan bermain. (Dok. Istimewa)
Post Views: 73

Orang sering bertanya, bagaimana anak homeschooler bersosialisasi? Pertanyaan klasik ini punya banyak jawaban. Salah satu jawabannya adalah lewat playdate. 

Kencan bermain bisa dikerjakan baik dengan sesama teman yang tidak sekolah, maupun dengan anak tetangga atau anak sekolahan biasa. Keluarga saya sendiri menjalin semacam playdate co-op dengan keluarga homeschooler lain.

Buat yang masih awam dengan istilah ini, saya jelaskan sedikit. Co-op, singkatan dari cooperation, adalah suatu kerjasama di antara orangtua homeschoolers untuk bersama-sama atau bergantian memfasilitasi proses belajar anak-anak mereka.

Program co-op kami hanya terdiri dari tiga anak dari dua keluarga, keluarga saya dan keluarga Fifi. Anak lelaki Fifi sebaya dengan anak bungsu saya. Mereka berkegiatan bersama tiga kali seminggu pada hari Senin-Rabu-Jumat pukul 9-13 WIB. Saya kebagian jadi host pada hari Senin dan Jumat, sementara Fifi hari Rabu. Tapi kalau ada keperluan lain, kami bisa saling bertukar jadwal atau memindah acara ke hari yang lain. Kami menamai program kami playdate alias kencan bermain karena memang urusan utamanya adalah bermain.

Masterly Inactivity

Meskipun awalnya ada gesekan-gesekan konsep dan praktik, memasuki bulan kedua kami sudah mantap berjalan dengan prinsip masterly inactivity yang disarankan oleh Charlotte Mason.

Dalam prinsip masterly inactivity, fasilitator (fasil) berupaya agar sebisa mungkin inisiatif berkegiatan diputuskan oleh anak sendiri. Fasil boleh menawarkan ide kegiatan, tapi kalau anak tidak mau atau kalau kegiatan berkembang ke arah yang berbeda dari yang dibayangkan fasil, maka fasil berkewajiban untuk menghargai dan menyesuaikan diri. Tugas fasil adalah menjaga keamanan, kepatutan, dan keharmonisan dalam pelaksanaan ide kegiatan itu.

Baik saya maupun Fifi sama-sama belajar banyak dari proses kami menjadi fasil playdate berbasis masterly inactivity ini. Yang pasti agendanya tidak akan bisa rapi seperti di sekolah formal, PG atau TK yang serba disetir oleh orang dewasa.  Ide-ide spontan anak bisa muncul kapan saja dan kami harus belajar mengelola agar ide bisa tersalurkan seoptimal mungkin. Kami juga belajar bernegosiasi dengan anak ketika situasi memang tidak memungkinkan ide-ide mereka diwujudkan seketika itu juga.

Karena sama-sama sepakat dengan metode Charlotte Mason, kami berusaha menerapkan sebanyak mungkin prinsip-prinsipnya: banyak-banyak berkegiatan di luar rumah (outdoor life), mengakrabkan anak dengan alam (nature walk/nature study), mengekspos anak pada buku-buku berkualitas (living books), memperdengarkan musik atau memasang lukisan yang indah (living ideas), melatih kebiasaan-kebiasaan baik (habit training), membiarkan anak kreatif menciptakan sesuatu atas inisiatifnya sendiri, memberi kesempatan sebanyak mungkin untuk latihan motorik kasar dan halus.

Dalam hal disiplin, kami memadukan antara konsep Charlotte Mason dan Naomi Aldort: menghargai anak sebagai pribadi, menjalankan teknik validasi saat anak sedang emosi, berusaha memberdayakan anak untuk mengatasi problemnya sendiri, dan sebagainya.

Evaluasi Caturwulan Pertama

Kalau boleh saya evaluasi, beberapa manfaat yang mencolok dari program ini dibandingkan dengan sekolah formal adalah:

  • Suasana yang jauh lebih rileks dan apa adanya. Karena konteksnya adalah rumah, maka suasana at home itu tercipta secara otentik, bukan artifisial. Dalam suasana rumahan ini, baik orang dewasa maupun anak-anak dengan cepat menampilkan diri apa adanya.
  • Persahabatan yang tercipta antar anak lebih mendalam lantaran mereka berkenalan bukan hanya sebatas pribadi temannya, tapi juga anggota-anggota keluarga temannya, sistem nilai keluarga itu, juga akrab dengan atmosfir rumah keluarga temannya.
  • Anak belajar berbagi secara otentik. Di sekolah, barang bukanlah milikmu atau milikku. Tapi di rumah, barang selalu milik salah satu dari anak, yang lain adalah peminjam. Ketika anak mau berbagi barang, maka dia betul-betul tahu rasanya berbagi, tahu rasanya melonggarkan ego kepemilikannya.
  • Ada rasa aman pada orangtua karena tahu anak berkegiatan di bawah pengawasan sahabatnya, yang sevisi dan kompeten. Selama playdateberlangsung, orangtua yang sedang tidak dapat jatah menjadi nyonya rumah bebas pergi dan mengurus kesibukan lain. Jadi, playdate ini juga berfungsi seperti daycare (tempat penitipan anak). Anak belajar untuk merasa nyaman didampingi orang dewasa selain orangtuanya, sementara orangtuanya tenang meninggalkan anak karena tahu anak akan didampingi dengan proses yang dia inginkan.
  • Orangtua terlibat penuh dalam proses mendampingi tumbuh kembang anak. Karena orangtua akan bergantian menjadi fasil, maka dia tidak bisa hanya jadi penonton saja. Dia perlu belajar tentang metode pendidikan, psikologi anak, dan memperbaiki karakternya sendiri agar bisa jadi host yang lebih baik, bukan hanya bagi anaknya sendiri tapi juga bagi anak-anak lain yang dipasrahkan dalam pengawasannya.

Sekian cerita sekilas tentang kegiatan Playdate Co-op kami. Siapa tahu menginspirasi teman-teman lain untuk membentuk sendiri klub kencan main di kota masing-masing

Facebook Comments

Article by Ellen K

Ellen Kristi. Ibu tiga anak homeschooler, praktisi metode CM dan penulis buku "Cinta Yang Berpikir", berdomisili di Semarang. Dapat dihubungi lewat ellenkristi@gmail.com

Previous StoryBagaimana Jika Kelak Anak Menyesal Jadi Homeschooler?
Next StoryPlug-In Drug #1: Narkotika Bernama Televisi

Related Articles

  • kids-comparison-gettyimages
    Bahayanya Membandingkan Diri dengan Praktisi CM Senior
    View Details
  • geografi
    Sekilas Panduan CM Soal Belajar Geografi
    View Details

no replies

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • Mendampingi Anak Belajar Seni Berpuisi February 28, 2021
  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #4 February 18, 2021
  • Podcast #35: Belajar Sastra ala Metode CM February 14, 2021
  • Pelajaran Berhitung Pertama Anak Prasekolah February 11, 2021
  • Apa Ruginya Kalau Anak Tidak Kenal Ninabobo dan Tembang Dolanan? February 9, 2021
  • Podcast #34: Tetap Kalem Saat Anak Emosional February 6, 2021
  • Refleksi Seorang Guru tentang Kesalahan Umum Orangtua dan Guru February 5, 2021
  • DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6 February 3, 2021
  • Yang Harus Dibenahi dalam Pendidikan Sains Kita February 2, 2021
  • Podcast #33: Proses Belajar Menulis Kreatif ala Metode CM January 30, 2021

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • Mendampingi Anak Belajar Seni Berpuisi 161 views | 0 comments | by admin | posted on February 28, 2021
  • 10 Ciri Pribadi Kekanak-kanakan dan Solusinya 146 views | 0 comments | by admin | posted on September 16, 2017
  • Rilis Rekomendasi Tim Kurikulum CMid Tahap #1 62 views | 0 comments | by admin | posted on February 12, 2019
  • Mengapa Anak Tantrum dan Cara Terbaik Menghadapinya 58 views | 0 comments | by Ellen K | posted on August 1, 2012
  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #4 38 views | 0 comments | by admin | posted on February 18, 2021

KOMENTAR TERKINI

  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Sizi on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Normalita h on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Ardiba on Pendidikan ala CM untuk Keluarga Muslim
  • Ellen K on Membantu Anak Menemukan Tujuan Hidupnya

Visitors

Today: 439

Yesterday: 610

This Week: 3593

This Month: 11998

Total: 245282

Currently Online: 117

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.