Oleh: Linda Johnson*
“Ini era pemujaan anak; memang menawan anak-anak didikan orang tua religius yang berbudaya. Tapi sayang, banyak dari antara kita yang memerosotkan anak yang kita cintai! Betapa banyak jiwa murni yang kita lepas ke dunia, dalam kondisi terlanjur dibuntungi, secara spiritual dan moral, di tangan orangtua yang memuja-muja anaknya.” (Charlotte Mason)
Charlotte Mason berbicara tentang pentingnya membangun berbagai macam kebiasaan. Beberapa di antara yang ia sebut adalah: kebiasaan memperhatikan, mengingat, berpikir, berimajinasi, bersikap jujur. Kebiasaan yang paling mendasar dan penting yang harus dibentuk di dalam diri anak adalah KETAATAN (habit of obedience).
Jika kebiasaan ini tidak hidup dalam diri anak, hampir pasti ibunya akan kesulitan menghidupkan kebiasaan-kebiasaan lain pada anak itu. Saya akan mengutip secara panjang lebar tulisan CM karena dia mengungkapkannya begitu baik, dan saya merasa tidak dapat menjelaskannya lebih baik lagi:
“Kekuatan terbesar seorang ibu ada pada habit of obedience. Jika sejak semula ia mulai mengasuh dengan menegaskan bahwa anak-anaknya harus selalu taat padanya, maka lihatlah, mereka akan selalu menganggap ketaatan sebagai perkara wajar; tapi coba biarkan mereka sekali saja menantang, biarkan mereka mendapati bahwa ternyata mereka boleh menjadi tidak taat, maka suatu perebutan kekuasaan yang sengit segera timbul, yang biasanya berakhir dengan anak-anak itu melakukan apa saja yang mereka anggap benar.
Beginilah contoh dampak fatal itu: Anak-anak sedang main di ruang tamu, lalu ada tamu penting datang. “Kalian ke atas dulu sekarang.” “Aduh, Mama sayang, biarkan kami tetap di dekat jendela sini, kami janji akan sediam tikus!” Sang ibu senang pada cara memohon mereka yang manis, lalu mereka boleh tetap tinggal. Tapi mereka tidak bisa diam, tentu saja; dan kerugian karena keributan itu belum seberapa. Mereka telah berhasil melakukan yang mereka pilih, bukan yang mereka wajib lakukan, maka mereka tidak akan membiarkan tengkuk mereka diberi kuk lagi tanpa melawan.
Untuk urusan-urusan sepele pun Mama lalu harus bersusah payah. “Sudah waktunya tidur, Willie!” “Aduh, Mama, kurang sedikit lagi ini selesai!” dan Mama pun menurutinya, lalai membedakan yang penting dari yang tak penting; bahwa yang penting adalah agar anak harus dari hari ke hari diperkuat dalam habit of obediencelewat pengulangan perilaku-perilaku taat yang tanpa jeda.
Sungguh mengherankan betapa pandainya anak dalam menemukan cara untuk asal melaksanakan perintah secara harafiah tapi menghindari roh dari perintah itu. “Maria, masuklah.” “Ya, Ma!” tapi ibu harus memanggil empat kali lagi sebelum Maria datang. “Letakkan mainanmu itu!” Ia meletakkan mainan, dengan jari-jari yang lamban dan malas. “Kau harus selalu langsung mencuci tanganmu begitu mendengar panggilan pertama.” Anak itu mencuci tangan sekali itu saja, berikutnya tidak lagi.
Agar terhindar dari pertunjukan kekerasan kehendak (yang sebetulnya adalah kelembekan kehendak) seperti ini, sang ibu perlu gigih sejak semula mengajarkan ketaatan yang lekas, riang, dan terus-menerus – sejauh tidak ada masalah pada memori anak. Ketaatan yang kecut, tidak ikhlas, kadang ya kadang tidak, nyaris tidak bisa dibilang taat. Jauh lebih mudah menghidupkan habit of obedience dengan tidak pernah memberi anak-anak pilihan untuk tidak taat, ketimbang sesekali memperoleh ketaatan formalitas semacam tadi dengan selalu harus dengan mengerahkan wewenang kita.
Secara bertahap, saat ia sudah cukup besar, berikan kepercayaan pada anak; buatlah dia paham betapa luhurnya jika ia bisa mengatur dirinya sendiri untuk menggarap tugas yang sebetulnya dia enggan kerjakan, secara lekas dan gembira, Agar berhasil memapankan habit of obedience sekokoh ini, ibu pun harus berlatih keras mengendalikan diri sendiri: jangan pernah memberi perintah yang dia tidak niati untuk anak laksanakan sampai tuntas. Dan jangan membebani anak dengan perkara-perkara yang terlalu berat untuknya, jangan menimbun perintah di atas perintah.”
* Penulis adalah praktisi CM veteran yang kini bermukim di Texas, USA; artikel ini diterjemahkan oleh Ellen Kristi dari http://www.charlottemasonhelp.com/2009/07/habit-of-obedience.html
no replies