KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • CMid
    • Tentang CMid
    • Keanggotaan CMid
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • BAHAN BELAJAR
    • PRINTABLES
      • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • CYB
    • ORDER
    • RESELLER & DROPSHIPPER
  • ARTIKEL
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • BERITA
  • CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • CMid
    • Tentang CMid
    • Keanggotaan CMid
  • KOLOM
  • PODCAST
  • BAHAN BELAJAR
    • PRINTABLES
      • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • CYB
    • ORDER
    • RESELLER & DROPSHIPPER
  • ARTIKEL
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • BERITA
November 24, 2014  |  By Ellen K In Resensi
Endangered Minds #8: Penyebab Anak Tak Mampu Fokus
Bisakah anak fokus? (Dok. Istimewa)
Bisakah anak fokus? (Dok. Istimewa)
Post Views: 255

Kita semua setuju, kemampuan untuk fokus sangat penting dalam proses belajar anak. Adanya perhatian penuh akan menentukan bisakah ia mengendalikan arus pikirannya sendiri ke arah yang ia inginkan, yang hendak ia ingat dan olah. Pertanyaannya, mengapa sebagian anak tak mampu fokus?

Manjurkah Obat?

Ada dua kategori anak yang kesulitan fokus. Pertama, anak yang pikirannya terlalu aktif, minat mereka cepat berpindah dari satu perkara ke perkara lain. Kedua, anak yang pikirannya terlalu lamban, sering kosong dan melamun. Namun, hasil akhirnya kurang lebih sama. Anak-anak yang kesulitan fokus akan gagal menyelesaikan suatu tugas atau kegiatan yang harusnya dia kerjakan, sekalipun dia telah memulainya.

Bagaimana membantu anak-anak yang kesulitan memperhatikan ini agar lebih fokus? Ada orangtua, guru, atau sekolah yang mencoba obat-obatan hiperaktivitas (ADHD). Hasilnya, memang betul anak-anak yang mengkonsumsi obat-obatan itu tampak lebih tenang mengikuti pelajaran, lebih tekun menggarap tugas ‘membosankan’.

Namun, ternyata obat-obatan ADHD tak bisa menuntaskan masalah kesulitan fokus secara permanen. Begitu pengobatan dihentikan, gejala susah memperhatikan pun kembali. Bahkan dalam jangka panjang diduga obat-obatan seperti Ritalin ini malah bisa menumpulkan kemampuan nalar.

Faktor Eksternal dan Internal

Menurut Dr. Dianne McGuinness, rendahnya daya perhatian anak bisa terjadi ketika tugas atau kegiatan yang dia hadapi terlalu melelahkan otaknya (too overwhelming) atau sebaliknya, kurang menarik baginya (insufficiently compelling). Dengan kata lain, faktor motivasi berperan besar dalam hal fokus.

Ini berarti salah satu kunci untuk menangani keluhan “anak sulit memperhatikan” adalah menyesuaikan pendekatan dan metode pembelajaran dengan tahap tumbuh kembang dan karakteristik tiap anak. Terbukti, ketika jenis tugas atau model pembelajarannya diubah jadi lebih interaktif, pendampingan lebih individual, lebih banyak ruang untuk bergerak, daya perhatian anak yang semula rendah bisa meningkat.

Selain faktor eksternal, cermati pula faktor internal. Mari ingat kembali bahwa fondasi daya perhatian sudah mulai diletakkan sejak janin masih dalam kandungan. Trauma, toksin, kebisingan, atau hal lain yang mengganggu pertumbuhan otak bayi sebelum dan setelah dia lahir akan berpengaruh negatif pada kekuatan konsentrasinya kelak.

Riset mendapati, momen emas perkembangan daya perhatian anak berlangsung terutama di usia 3-6 tahun. Pada rentang umur itu, jejaring syaraf otak (sinapsis) yang mengatur daya konsentrasi berkembang pesat. Tetapi keseluruhan jejaring sinapsis ini belum akan matang sampai anak mencapai usia dewasa.

Otak anak berkembang mulai “dari bawah ke atas, dari dalam ke luar”, dari batang otak yang berurusan dengan instink bertahan hidup, lalu ke otak limbik yang mengatur emosi dan memori, sampai ke otak korteks depan yang berfungsi sebagai ‘sang direktur’.

Apakah korteks depan anak betul-betul kemudian akan berhasil tampil sebagai ‘sang direktur’ yang berwibawa? Itu sangat tergantung pada proses pembelajaran yang dia lewati sehari-hari. Apakah anak belajar untuk memilah dan mengelola stimuli mental yang dia terima, sehingga dia bisa menjadi jenderal atas arus pikirannya sendiri?

Pentingnya Gerak dan Bermain Bebas

Kemampuan untuk fokus adalah hasil dari otak anak yang berkembang matang dan optimal. Hal itu pertama-tama terkait dengan tumbuh kembang jasmaninya. Selain pengaturan diet yang sehat, cukupnya aktivitas jasmani sangat penting.

Angka penurunan kemampuan fokus anak berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah anak yang mengidap obesitas. Berbagai riset telah membuktikan bahwa ada korelasi antara kegiatan motorik dengan prestasi akademis siswa-siswi di sekolah.

Syaraf-syaraf otak yang mengurusi kerja mental bertetangga dekat dengan syaraf-syaraf otak yang mengatur kerja otot-otot. Ketika anak bermain dan menggunakan ototnya, baik motorik kasar maupun halus, tanpa sadar dia juga menstimulasi mentalnya. Bahkan tak berlebihan kalau dikatakan bahwa agar otak anak berkembang, dia harus banyak bergerak.

Terapis Dr. Jean Ayres yakin, gerak jasmani adalah fondasi bagi proses pembelajaran. Orangtua dan guru seringkali terlalu sibuk menstimulasi mental anak, sampai abai pada tubuhnya. Padahal, menurut Dr. Phyllis Weikart, kalau kurang bermain dan menggerakkan tubuh, potensi belajar anak bisa tumpul.

Bermain bebas khususnya sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang otak anak. Biarkan anak-anak bersama teman-temannya lintas usia mengatur sendiri apa yang mau mereka mainkan dan bagaimana mereka ingin memainkannya.

Anak juga butuh ‘keheningan’. Terlalu banyak kegiatan terstruktur (les!) membuat otak mereka kelelahan. Mereka perlu belajar mengenali irama di dalam diri mereka sendiri, mengurai isi pikiran mereka secara tenang, menikmati hari-hari mereka, merasa punya kendali atas hidup mereka.

Selain aspek jasmani, anak juga butuh latihan mental. Pertama, ajari anak membuat rencana, berpikir sebelum bertindak. Kedua, ajari anak untuk bersabar dengan proses, tidak selalu langsung memperoleh yang dia inginkan (delay gratification). Ketiga, tingkatkan keterampilan anak menuangkan pemikirannya secara verbal, karena keterampilan berbahasa akan meningkatkan ketajaman fokus anak.  (bersambung)

Ini adalah ringkasan bab kedelapan Endangered Minds karya klasik psikolog pendidikan Jane Healy yang oleh Ambleside Online disebut sebagai “buku yang wajib dibaca oleh setiap orangtua!”.

Facebook Comments

Article by Ellen K

Ellen Kristi. Ibu tiga anak homeschooler, praktisi metode CM dan penulis buku "Cinta Yang Berpikir", berdomisili di Semarang. Dapat dihubungi lewat ellenkristi@gmail.com

Previous StoryAnak-anak yang Teradikalisasi
Next Story“Living Books”, Apa Itu?

Related Articles

  • Novel "Heidi" karya Johanna Spyri.
    Heidi Menjawab Pertanyaan Azka tentang Tuhan
    View Details
  • Charlotte's Web karya EB White.
    Charlotte’s Web, Laba-laba, dan Anak Ikan
    View Details

2 replies added

  1. Eva fauziah August 13, 2020 Reply

    Saya baru mau mulaiHS dengan anak ank menggunakan metode CM. Bisa kasih liat living book untuk bacaan anak anak saya (12th,7th dan 2,5th)
    Makasih mba

    • Ellen K August 16, 2020 Reply

      Sila kontak dengan komunitas CM terdekat untuk ngobrol lebih lanjut tentang pilihan living books ya, mbak Eva. Terima kasih kembali!

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #9 May 23, 2022
  • Pelatihan “Habit of Attention” Angkatan #2 April 4, 2022
  • Podcast #53: Belajar Sejarah yang Hidup dalam Metode CM March 27, 2022
  • Podcast #52: “Liberal Education for All”, Merdeka Belajar ala CM March 6, 2022
  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #8 February 26, 2022
  • Podcast #51: Memilih Sumber Belajar Metode CM February 6, 2022
  • DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10 January 12, 2022
  • Pengantar Rekomendasi “Living Books” Tim Kurikulum CMid November 10, 2021
  • Rekomendasi Buku Terjemahan AO November 9, 2021
  • Rekomendasi Buku Lokal dan Terjemahan Selain AO November 8, 2021

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #9 23 views | 0 comments | by admin | posted on May 23, 2022
  • 10 Ciri Pribadi Kekanak-kanakan dan Solusinya 12 views | 0 comments | by admin | posted on September 16, 2017
  • Rekomendasi Buku Terjemahan AO 12 views | 0 comments | by admin | posted on November 9, 2021
  • Pengantar Rekomendasi “Living Books” Tim Kurikulum CMid 8 views | 0 comments | by admin | posted on November 10, 2021
  • Profil Charlotte Mason 6 views | 0 comments | by admin | posted on November 22, 2017

KOMENTAR TERKINI

  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10
  • Endang sri wahyuni on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10
  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10
  • Ain on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10
  • Ica on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #10
  • BundaZiyan on Heidi Menjawab Pertanyaan Azka tentang Tuhan

Visitors

Today: 535

Yesterday: 1018

This Week: 9761

This Month: 57818

Total: 499370

Currently Online: 445

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.