Malam ini, saya dan putri saya Neng menamatkan “Laba-laba dan Jaring Kesayangannya”, novel terjemahan dari Charlotte’s Web karya EB White, yang direkomendasikan oleh para praktisi metode CM untuk anak-anak usia sekolah dasar awal. Kami baca yang terbitan Dolphin tahun 2012, penerjemahnya Dina Begum, tebalnya 240 halaman.
Ini bukan novel anak pertama yang saya bacakan buat Neng. Namun jujur saja, awalnya saya agak ragu karena menurut saya isi buku ini sedikit “ketuaan” untuk usianya yang baru enam tahun. Cuma karena saya tahu betapa besar ketertarikan Neng pada dunia binatang, jadi saya berhenti kebanyakan mikir dan bacakan saja.
***
Buku ini bercerita tentang persahabatan antara seekor anak babi dengan seekor laba-laba kelabu betina yang tinggal di palang pintu kandang binatang. Tidak ada siapa pun yang menganggap laba-laba itu makhluk imut, apalagi dengan kebiasaan seramnya membunuh serangga-serangga untuk makan. Namun, Charlotte si laba-laba ternyata menjadi sahabat terbaik bagi Wilbur, si babi merah muda.
Wilbur waktu lahir hampir saja dibunuh karena dia lahir keciiiiil sekali, terkecil di antara saudara-saudaranya. Hanya karena dibela oleh anak perempuan pemiliknya, dia selamat dan akhirnya dirawat sampai besar sebagai peliharaan kesayangan. Tapi nasib seekor babi, semanis apa pun ia, adalah menjadi makanan bagi pemiliknya.
Sementara Wilbur putus asa ketika tahu dia akan disembelih, Charlotte-lah yang kemudian berusaha dengan seluruh kemampuannya agar Wilbur selamat dari nasib itu. Dengan cerdik, dia meyakinkan pemilik Wilbur dan semua orang bahwa Wilbur adalah babi ajaib. Caranya? Charlotte memintal kata-kata, yang menggambarkan keistimewaan Wilbur, di jaringnya di palang pintu kandang.
Kata-kata pujian yang tertera di jaring Charlotte itu mengantar Wilbur pada ketenaran, hingga akhirnya babi itu diikutsertakan pada Pekan Raya. Wilbur tampil di pameran hasil ternak terbaik di acara tahunan itu dan memenangkan anugerah khusus. Dengan pengakuan berskala besar ini, pemilik Wilbur menganggap Wilbur benar-benar seekor babi ajaib, terlalu berharga untuk disembelih dan dimakan. Wilbur pun selamat.
Bukanlah isapan jempol kata-kata yang dipintal Charlotte. Sebagai sahabat, ia percaya Wilbur memang sehebat pujiannya itu, meski Wilbur sendiri tak percaya dia sehebat pujian Charlotte. Namun, Wilbur pun berusaha sekuat tenaga agar bisa menjadi babi berkualitas mulia seperti yang dipercayai Charlotte.
Setelah berjuang terus-menerus untuk Wilbur, Charlotte si laba-laba makin lemah. Sebelum sampai akhir hayatnya, ia meninggalkan kantung berisi telur-telurnya yang belum menetas. Wilbur bertekad untuk menjaga telur-telur itu demi kenangan akan sahabatnya.
***
Pada akhir buku, saat putera-puteri Charlotte si laba-laba menetas, lalu terbang dengan balon benang sutera mereka, mengarungi angin hangat musim semi, Neng mengusap matanya yang basah. Ia merapatkan tubuhnya lebih melekat di tubuh saya. Saya berhenti membaca dan memperhatikannya menarik napas panjang yang sedikit gemetar.
“Sedih Neneng,” ia mengumumkan. “Kenapa mereka harus pergi semua, sih?”
“Siklus hidupnya memang begitu,” saya menerangkan. “Ada binatang-binatang yang setelah lahir langsung hidup sendiri, terpisah dari ayah-ibunya.”
“Apa mereka nggak kangen sama Papa-Mamanya?” ia ingin tahu.
“Entah ya,” jawab saya. “Menurut Neng, mereka kangen?”
Neng mengangguk satu kali dan mengusap matanya lagi.
“Tapi ada lho, Ma,” lanjutnya, “binatang-binatang yang walaupun sudah menetas, tetap dijagain sama Mamanya. Misalnya ikan itu, lho, yang masukin anak-anaknya ke mulutnya, lalu Mamanya berenang ke tempat lain. Terus plup plup plup … dikeluarin deh satu-satu itu anaknya. Lalu kalau mereka mau pindah lagi, kayak disedot itu anak-anaknya hap hap hap. Kalau ada yang nggak aman juga Mamanya langsung masukin anak-anaknya ke dalam mulut, terus mereka berenang pergi. Aman deh.”
Jujur saya takjub Neng ingat hal ini. Kami memang pernah membaca tentang ikan berjenis mouthbrooders. Waktu itu Neng sungguh tertarik, jadi kami mencari tahu lebih banyak. Kami tonton video-video tentang itu. Saya terjemahkan dan bacakan artikel-artikel ilmiah untuk Neng. Tapi itu kan sudah lebih dari setahun yang lalu! Saya tercengang ia bisa menghubungkannya dengan cerita tentang anak-anak Charlotte.
***
Membaca novel ini, Neng mendapat inspirasi dari cerita persahabatan Wilbur dan Charlotte. Lugunya seekor anak babi, bijaksananya seekor laba-laba, tulusnya kasih antara dua karakter ini menghangatkan hatinya sebagai pembaca.
Buat saya yang membacakan pun, saya makin diingatkan bahwa manusia memang perlu mengubah cara pandang tentang alam semesta. Saya makin yakin bahwa alam ini bukan diciptakan semata-mata untuk dieksploitasi manusia. Sesungguhnya, alam ini adalah sumber cinta, inspirasi, dan pengetahuan yang tidak ada habisnya. Ini kekayaan yang lebih besar daripada uang dan benda-benda apa pun di dunia.
Namun selain hikmah itu, membaca novel ini juga membuat saya mengalami sendiri betulnya butir ke-12 filosofi pendidikan Charlotte Mason. Di sana Charlotte bilang, “Education is the science of relations.” Terjemahan bebasnya kurang lebih “pendidikan adalah ilmu tentang relasi-relasi.”
Pendidikan dikatakan berhasil jika anak berhasil menghubungkan fakta A dengan fakta B, pengalaman C dengan pengetahuan D, dan menarik garis merahnya secara alamiah. Neng adalah bukti bahwa tiap anak punya kemampuan membangun sendiri relasinya dengan ide-ide, tanpa dibantu.
Tugas orang tua bukanlah mengajarkan anak tentang segala sesuatu, melainkan membantu anak memiliki sebanyak mungkin relasi dengan perkara dan ide yang ia minati. (Ellen Kristi, “Cinta yang Berpikir”)
Hari ini sungguh indah sekali buat saya! Selamat Hari Buku!*
* Naskah artikel ini semula ditulis untuk memperingati hari buku. Semoga setiap hari jadi hari buku untuk Anda!
no replies