KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • CMid
    • Tentang CMid
    • Keanggotaan CMid
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • BAHAN BELAJAR
    • PRINTABLES
      • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • CYB
    • DESKRIPSI CYB
    • RESELLER & DROPSHIPPER
  • ARTIKEL
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • BERITA
  • CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • CMid
    • Tentang CMid
    • Keanggotaan CMid
  • KOLOM
  • PODCAST
  • BAHAN BELAJAR
    • PRINTABLES
      • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • CYB
    • DESKRIPSI CYB
    • RESELLER & DROPSHIPPER
  • ARTIKEL
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • BERITA
June 11, 2020  |  By Ananda PB In Resensi
Heidi Menjawab Pertanyaan Azka tentang Tuhan
Novel "Heidi" karya Johanna Spyri.
Novel "Heidi" karya Johanna Spyri.
Post Views: 861

Dari dulu anak saya Azka (7 tahun) punya pertanyaan tentang Tuhan yang mengganggu pikirannya. “Kok doa Azka nggak dikabulkan Allah? Kapan doa Azka dikabulkan?” atau “Allah sayang nggak sih sama Azka? Kalau sayang kok Azka minta nggak dikasih-kasih?” kerap dia lontarkan.

Saya sudah berusaha menjawabnya, bahwa Allah akan menjawab pada waktu yang tepat. Saya menjawab seperti itu berkali-kali, tapi Azka masih belum puas.

“Waktu yang tepat itu maksudnya apa? Kok harus waktu yang tepat?” tanyanya lagi. Tampaknya, frase “waktu yang tepat” masih abstrak baginya.

Namun, situasi berubah sejak Azka membaca “Heidi” karya Johanna Spyri, pengarang asal Swiss. Kami membaca novel anak yang termasuk living book rekomendasi para praktisi CM ini dalam versi terjemahan Djokolelono. Buku kami terbitan Gramedia Pustaka Utama tahun 1995, tebalnya 303 halaman.

Setelah mendengarkan kisah Heidi, seketika Azka paham maksud jawaban saya selama ini. Barulah ia mendapat jawaban utuh atas pertanyaannya tentang “waktu yang tepat” itu.

Novel ini kami tamatkan bulan April 2020 lalu. Namun, bahkan sebelum novel ini tamat dia baca, Azka sudah tidak pernah protes lagi ke Tuhan kalau doanya tidak langsung terkabul.

***

Novel klasik “Heidi” bercerita tentang seorang anak perempuan yatim piatu yang dirawat oleh adik ibunya yang bernama Dete.

Suatu hari, Dete sang bibi mendapat pekerjaan baru yang tidak memungkinkannya membawa serta Heidi. Si kecil Heidi lalu dititipkan pada kakeknya, yakni ayah dari ayah Heidi. Sang kakek tinggal di pegunungan Alm, mengucilkan diri dari masyarakat yang tinggal di kaki pegunungan.

Hampir semua orang kasihan karena mengira Heidi akan menderita kalau tinggal bersama kakeknya. Bukan hanya pemarah dan pemurung, kakek Heidi juga dinilai orang sekitar sebagai manusia yang tidak beriman karena tak pernah ke gereja. Kakek Heidi memang punya sakit hati pada Tuhan, sehingga dia tak mau ke gereja lagi.

Ternyata, Heidi bahagia. Pemandangan di Alm sungguh indah. Udaranya segar, sinar mataharinya hangat, penuh bunyi-bunyian merdu. Lagipula, sang kakek sungguh sayang pada Heidi.

Selama di Alm, Heidi bersahabat dengan Peter si penggembala kambing. Heidi kerap ikut Peter ke puncak gunung untuk menggembala kambing. Heidi juga kerap mengunjungi nenek Peter yang buta. Nenek Peter menjadi orang yang sangat Heidi sayangi selain kakeknya.

Ketika semua sudah merasa bahagia di Alm, tiba-tiba Bibi Dete kembali untuk membawa pergi Heidi. Bibi Dete ingin Heidi bekerja pada keluarga kaya di Frankfurt. Keluarga kaya itu punya anak perempuan bernama Clara.

Sejak kecil Clara sakit-sakitan. Dia nyaris tidak pernah keluar rumah, sehingga tak punya teman. Badannya begitu lemah, harus dibantu kursi roda untuk bergerak ke sana ke mari. Bibi Dete beranggapan Heidi cocok menjadi teman Clara.

Bibi Dete dan tetangga-tetangganya mengira Heidi pasti bahagia di tempat tinggal barunya. Akan tetapi, meskipun tinggal di rumah megah, tidur di kasur empuk, makan enak, segala kebutuhannya tercukupi, dan diperlakukan dengan baik oleh keluarga Clara, Heidi tetap tidak betah. Dia kangen pada kakeknya, pada pegunungan Alm, pada nenek Peter.

Heidi berdoa agar dapat segera pulang ke Alm. Dia menanti-nanti jawaban Tuhan, tapi doanya tak kunjung terkabul. Heidi kecewa. Ia berhenti berdoa. Ia tak mau lagi berdoa hingga suatu kali dia bertemu dengan Oma-nya Clara.

Oma memberinya pengertian, Tuhan tahu kapan waktu terbaik untuk menjawab doa kita. Dia mendorong Heidi kembali berdoa. Heidi menuruti saran Oma, berdoa dan menunggu. Heidi mengisi masa penantian itu dengan belajar membaca.

Lewat cara yang tak terpikirkan, akhirnya doa Heidi terkabul. Ia dapat kembali ke Alm. Luar biasa gembiranya hati Heidi saat menginjak lagi pegunungan dan bertemu kakeknya dan Peter!

Heidi bergegas mengunjungi nenek Peter. Karena sudah pandai membaca, maka Heidi mulai membacakan untuk Nenek syair-syair dari buku pujian milik beliau. Selama ini buku itu hanya tergeletak saja karena seluruh keluarga Peter buta huruf.  

Melihat raut bahagia dari wajah nenek saat dibacakan syair-syair itu, Heidi juga merasa bahagia. Pada saat itulah Heidi terhenyak. Dia berpikir, “Kalau saja Tuhan mengabulkan doaku, memulangkan aku ke Alm saat aku belum bisa membaca, tentu aku tak bisa membacakan buku untuk Nenek seperti sekarang ini!”

Kebahagiaan Heidi bertambah ketika Clara, yang menyusul ke Alm, juga akhirnya menjadi sehat, bisa berjalan tanpa kursi roda. Heidi pun tersadar. Ternyata Tuhan menangguhkan doanya sampai “waktu yang tepat” untuk sesuatu yang membuat nenek, dia, dan semua bahagia.

***

Kegalauan atas pertanyaan “Kok doaku nggak dikabulkan?” tampaknya sepele. Kendati demikian, pada orang dewasa sekalipun, kegalauan ini kalau tak terjawab dapat meruntuhkan keyakinan pada Tuhan. Karena kecewa pada-Nya, seseorang lama-lama bisa jadi enggan berdoa, seperti kakek Heidi.

“Kalau doa Azka belum juga dikabulkan Allah, gimana?” Kini, kerap saya bertanya begitu ia selesai berdoa.

“Ya, nggak apa-apa. Berarti menurut Allah sekarang bukan waktu yang tepat. Kan Allah yang tahu kapan waktu yang tepat doa kita dikabulkan,” jawab Azka dengan lancar, ringan, dan mantap.

Facebook Comments

Article by Ananda PB

Ananda Putri Bumi, ibu dua anak, praktisi metode CM yang berdomisili di Surabaya. Dapat dihubungi melalui ananda.p.bumi@gmail.com

Previous StoryPodcast #5: Persekolahan dan Minat Bakat dalam Perspektif CM
Next StoryPodcast #6: Menyiapkan Anak Menghadapi Revolusi Industri 4.0 ala CM

Related Articles

  • Charlotte's Web karya EB White.
    Charlotte’s Web, Laba-laba, dan Anak Ikan
    View Details
  • Bagaimana membatasi TV dan video games?
    Endangered Minds #10: TV dan Video Games, Harus Seberapa Dibatasi?
    View Details

2 replies added

  1. BundaZiyan November 27, 2021 Reply

    Aaaahh suka banget artikel ini, brb cari bukunya

  2. Miyya June 12, 2020 Reply

    Sangat menginspirasi.. makasih mom

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • DIBUKA: Pelatihan “Habit of Attention” Angkatan #5 March 15, 2023
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #5 February 12, 2023
  • DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #13 January 25, 2023
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #4 January 24, 2023
  • DIBUKA: Kelas Cinta yang Berpikir Angkatan #1 & #2 December 9, 2022
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #3 December 9, 2022
  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #11 December 5, 2022
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #2 November 20, 2022
  • DIBUKA: Pelatihan “Habit of Attention” Angkatan #4 November 20, 2022
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #1 October 22, 2022

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • DIBUKA: Pelatihan “Habit of Attention” Angkatan #5 196 views | 0 comments | by admin | posted on March 15, 2023
  • Rekomendasi Buku Lokal dan Terjemahan Selain AO 39 views | 0 comments | by admin | posted on November 8, 2021
  • Pengantar Rekomendasi “Living Books” Tim Kurikulum CMid 38 views | 0 comments | by admin | posted on November 10, 2021
  • Rekomendasi Buku Terjemahan AO 32 views | 0 comments | by admin | posted on November 9, 2021
  • 10 Ciri Pribadi Kekanak-kanakan dan Solusinya 26 views | 0 comments | by admin | posted on September 16, 2017

KOMENTAR TERKINI

  • Wijayanti on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #5
  • Indrawati Widjanarko on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #13
  • Wijayanti on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #4
  • Maria Apriliyani on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #3
  • Christine on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #2
  • Lailatun Nuriyah on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #2

Visitors

Today: 259

Yesterday: 302

This Week: 11940

This Month: 49998

Total: 607023

Currently Online: 49

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.