KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
June 24, 2012  |  By Ellen K In Praktik CM
Belajar Filsafat dengan Metode CM
Biarkan siswa membaca langsung buku para maestro ide. (Dok. Istimewa)
Biarkan siswa membaca langsung buku para maestro ide. (Dok. Istimewa)
Post Views: 88

Satu semester lagi telah lewat. Selama empat bulan kuliah efektif ini saya menguji coba metode Charlotte Mason dengan “lebih murni”. Materi pelajaran sepenuhnya berupa bacaan. Tidak ada lagi presentasi video seperti kelas-kelas saya terdahulu. Mengapa?

Pertama, karena hiburan tidak sepatutnya menjadi unsur dominan dalam pendidikan, seperti yang saya cermati menjadi efek video dalam proses belajar semester lalu. “Benak tidak hidup dan bertumbuh gara-gara hiburan, yang dia tuntut adalah makanan padat.” (Vol. 6, hlm. 90) Pengetahuan yang inspiratif dan bermutu akan memberikan hiburannya tersendiri, demikian janji Charlotte.

Target besar pendidikan CM adalah para siswa yang minat dan daya nalarnya begitu terlatih sehingga mereka bisa bersenang-senang dengan ide-ide yang paling sulit sekalipun. Saya sangat ingin melihatnya terwujud dalam diri para mahasiswa saya.

Kedua, di zaman multimedia seperti sekarang, anak perlu dilatih lebih serius untuk menikmati buku-buku. Seperti yang nantinya saya temukan dalam proses belajar di kelas, kemampuan para mahasiswa berkonsentrasi dalam membaca, keterampilan mereka untuk menemukan ide-ide pokok dalam bacaan serta menceritakan kembali ide-ide pokok itu, masih sangat kurang. Metode CM akan membantu menguatkan aspek-aspek itu dan mempersiapkan mereka menjadi cendikia dalam arti sesungguhnya.

Ketiga, saya sendiri ingin mengetes efektivitas dari metode CM ini dalam berbagai konteks kelas. Ada enam kelas yang saya pegang semester ini dengan dua topik mata kuliah. Tiga kelas belajar Dasar-dasar Filsafat dan tiga kelas Pengantar Filsafat Ilmu. Ada kelas besar (70-an orang) dan ada kelas kecil (20-an orang).

Teknik pelaksanaannya sangat sederhana. Setiap kelas saya beri materi bacaan sesuai topik mata kuliah yang menurut saya bermutu. Alam Pikiran Yunani karya Mohammad Hatta dan Dunia Sophie karangan Jostein Gaarder untuk kelas DDF. “Hakikat Ilmu: Sebuah Pengantar” karya Jujun Suriasumantri dari buku antologiIlmu dalam Perspektif untuk kelas PFI.

Saya jelaskan kepada para siswa bahwa tugas utama mereka hanyalah membaca dan menarasikan. Saya bilang saya tidak punya target mereka harus selesai sampai di mana. Porsi bacaan akan saya sesuaikan dengan kecepatan tiap kelas. Saya juga minta mereka menyiapkan buku tugas. Kelas DDF akan mengisi buku tugasnya dengan mendalami satu filsuf pilihan mereka, dan kelas PFI mengisi tugasnya dengan narasi tertulis bacaan mereka minggu itu.

***

Pada awalnya kecepatan membaca mereka rendah sekali. Saya menghentikan bacaan tiap beberapa baris atau satu alinea pendek, itu pun masih banyak yang kesulitan menangkap pokok pikiran dan menceritakannya kembali. Namun, setelah lewat 4-5 kali pertemuan, mereka mulai paham dan ritme pun bertambah cepat. Porsi bacaan yang dinarasikan bisa lebih panjang.

Menjelang akhir semester, sebagian kelas sudah bisa menarasikan bacaan Dunia Sophie sepanjang satu bab penuh! (Catatan: Bobot buku sangat menentukan seberapa panjang bacaan yang dapat mereka cerna sekali waktu. Dari ketiga buku itu, Dunia Sophie adalah yang paling ringan. Buku-buku lain, maksimum tetap satu alinea sepanjang satu halaman.)

Peran saya di kelas adalah sebagai fasilitator. Kadang saya yang membaca, kadang saya menunjuk para mahasiswa sendiri menjadi pembaca. Setelah itu, saya menunjuk satu atau lebih siswa untuk membuat narasi dengan variasi tertentu, mendengarkan narasi dengan sikap apresiatif, mengingatkan ide-ide pokok yang lolos dari narasi mereka, dan memberikan tambahan informasi atau ilustrasi atau latihan berpikir lanjutan di mana perlu — sesingkat mungkin agar tidak menjadi ceramah.

Di pertemuan terakhir minggu lalu, saya meminta setiap kelas untuk memberi evaluasi dan masukan tentang “seberapa jauh mata kuliah ini membantu Anda memahami apa itu filsafat (atau apa itu ilmu)?” dan “seberapa efektif metode baca dan narasi membantu Anda mencerna materi pelajaran?”.

Sebagian besar memberikan testimoni positif, yang meneguhkan janji metode CM bahwa narasi akan merangsang siswa untuk berpikir sendiri, berlatih mengartikulasikan diri secara lisan (public speaking) maupun tertulis, meningkatkan daya konsentrasi dan kapasitas intelektual siswa dalam memahami bacaan, dan dengan demikian menghemat waktu belajar (karena materi sudah menempel secara permanen di ingatan, mereka tidak butuh banyak waktu untuk mengingatnya kembali saat persiapan ujian).

Dari komentar dan saran yang masuk, ada beberapa kesan yang saya catat. Pertama, meskipun metode ini tetap efektif untuk kelas besar, namun mengkondisikan agar kelas kecil tetap akan membuat metode ini lebih efektif. Sekitar 20-25 siswa adalah jumlah maksimum paling ideal. Kelas yang lebih besar berpotensi melahirkan kebosanan pada para siswa yang memang inteligensinya cemerlang sebab lambatnya laju bacaan dan tidak meratanya kesempatan membuat narasi.

Kedua, musti ada variasi teknik yang lebih kaya lagi agar kelas tidak menjadi monoton. Ketiga, perlu mencari bacaan lain untuk semester berikutnya agar dosen yang mendampingi juga tidak bosan 🙂

Facebook Comments

Article by Ellen K

Ellen Kristi. Ibu tiga anak homeschooler, praktisi metode CM dan penulis buku "Cinta Yang Berpikir", berdomisili di Semarang. Dapat dihubungi lewat ellenkristi@gmail.com

Previous StoryKakak Cemburu pada Adik, Bagaimana Menanganinya?
Next StoryIngrid Bauer: Hidup Alami Tanpa Popok Bayi

Related Articles

  • kids-comparison-gettyimages
    Bahayanya Membandingkan Diri dengan Praktisi CM Senior
    View Details
  • geografi
    Sekilas Panduan CM Soal Belajar Geografi
    View Details

no replies

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • Menyelaraskan Resolusi Tahun Baru dan Tujuan Hidup January 17, 2021
  • Mengapa Orangtua dan Guru Belum Berhasil Mendewasakan Karakter Anak? January 15, 2021
  • Ke Mana Arah Pendidikan Anak Usia Dinimu? January 13, 2021
  • Belajar Musik: Haruskah Menunggu Anak Tampak Berminat atau Berbakat? January 11, 2021
  • Profesi Mana yang Paling Tepat Untuk Anak Tekuni? January 6, 2021
  • Membantu Anak Belajar dari Masa Lalu Orangtuanya January 5, 2021
  • Membesarkan Anak Bukan Hanya Urusan Ibu-ibu January 4, 2021
  • DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #5 January 3, 2021
  • Bahayanya Membandingkan Diri dengan Praktisi CM Senior December 18, 2020
  • Sekilas Panduan CM Soal Belajar Geografi December 17, 2020

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • Ke Mana Arah Pendidikan Anak Usia Dinimu? 1.4k views | 0 comments | by Ellen K | posted on January 13, 2021
  • Membantu Anak Menemukan Tujuan Hidupnya 891 views | 0 comments | by Ellen K | posted on November 22, 2011
  • Mengapa Orangtua dan Guru Belum Berhasil Mendewasakan Karakter Anak? 807 views | 0 comments | by Ellen K | posted on January 15, 2021
  • Tunjukkan Cinta Lewat Waktu 401 views | 0 comments | by Ellen K | posted on November 26, 2011
  • Belajar Musik: Haruskah Menunggu Anak Tampak Berminat atau Berbakat? 272 views | 0 comments | by Ellen K | posted on January 11, 2021

KOMENTAR TERKINI

  • Ellen K on Pekerjaan Tak Sesuai “Passion”, Haruskah Ditinggalkan?
  • Anita on Pekerjaan Tak Sesuai “Passion”, Haruskah Ditinggalkan?
  • Erlin on Podcast #29: Menyiapkan Anak Belajar Membaca
  • Ika on Podcast #28: Menyusun Jadwal Belajar Keseharian
  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #4
  • indri on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #4

Visitors

Today: 96

Yesterday: 1137

This Week: 96

This Month: 18916

Total: 197122

Currently Online: 103

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.