KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • CMid
    • Tentang CMid
    • Keanggotaan CMid
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • BAHAN BELAJAR
    • PRINTABLES
      • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • CYB
    • DESKRIPSI CYB
    • RESELLER & DROPSHIPPER
  • ARTIKEL
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • BERITA
  • CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • CMid
    • Tentang CMid
    • Keanggotaan CMid
  • KOLOM
  • PODCAST
  • BAHAN BELAJAR
    • PRINTABLES
      • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • CYB
    • DESKRIPSI CYB
    • RESELLER & DROPSHIPPER
  • ARTIKEL
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • BERITA
June 11, 2018  |  By Ellen K In Tanya Jawab
Anak Tukang Nangis, Bagaimana Menghadapinya?
Dok. Istimewa
Dok. Istimewa
Post Views: 608

Saya ingin mendapat nasihat pengasuhan. Anak saya yang pertama N (4 tahun) sensitif. Dinasihati, menangis. Tidak dipinjami mainan oleh temannya, menangis. Menangis menjadi senjata utamanya. Sikap ini diikuti oleh adiknya, M (2 tahun). Saya sendiri tetap menunjukkan tidak terpengaruh oleh sikap mereka. Saya menyadari sepenuh hati bahwa sikap mereka saat ini terbentuk oleh kesalahan pengasuhan saya sebelumnya, yang akrab dengan bentakan dan cubitan. Saya bingung harus dari mana menerapkan the way of the will dan habit of obedience-nya? (Dari T di Tangerang)

Jawab:

Mbak T, satu hal yang jadi prinsip umum dalam menghadapi perilaku sulit anak adalah: kita hanya bisa memadamkan energi negatif dengan energi positif. Jangan ikut tantrum ketika anak tantrum, itu tidak akan memperbaiki situasi. Bentuk tantrum kita bisa macam-macam, mulai dari membentaknya supaya lekas diam sampai meninggalkannya karena tidak tahan mendengar dia menangis.

Ada satu langkah paling realistis saat anak mulai menangis dan kita bingung harus melakukan apa. Carilah tempat duduk dan duduklah. Jika tak ada tempat duduk, berdiri juga tak apa. Ingatkan diri sendiri: selama kita dalam kondisi emosional atau panik, jangan terburu-buru ingin melakukan sesuatu, nanti malah keliru. Dunia bisa menunggu, maka tenangkan diri saja dulu.

Mari cek ke dalam diri sendiri, pikiran dan perasaan dan impuls apa saja yang bermunculan di sana. Respons kita sangat disetir oleh semua seliweran pikiran dan perasaan itu, kecuali kita bisa mengambil jarak dari mereka.

Amati semua pikiran yang datang untuk menghancurkan ketenangan. Mungkin muncul makian pada anak – “Dasar cengeng! Begitu saja menangis!” Mungkin muncul makian pada diri sendiri – “Aku ibu yang tidak becus! Ini semua gara-gara aku dulu suka bentak dan nyubit!” Mungkin muncul kekuatiran – “Bagaimana kalau sampai besar dia nangisan terus? Orang-orang nanti bakal menganggap aku nggak bisa ngurus anak!” Mungkin muncul tuntutan – “Mengapa sih anak ini tak bisa kalem sedikit? Harusnya ngomong baik-baik kan bisa, nggak usah nangis!”

Amati semua sensasi di tubuh kita. Mungkin jantung kita berdebar lebih kencang. Mungkin telapak tangan kita jadi berkeringat. Mungkin mata kita jadi melotot. Mungkin nafas kita jadi memburu, terengah-engah. Atau mungkin malah badan kita serasa lemas? Cermati semuanya.

Amati pula berbagai perasaan yang berkecamuk. Coba namai apa saja emosi yang muncul di situ: putus asa, bingung, sedih, malu, merasa bersalah, marah, benci, atau lainnya?

Dan amati semua impuls yang muncul. “Aku bentak saja biar cepat diam!” “Gemes aku, pengen kucubit!” “Aku tinggal saja sampai dia berhenti menangis!” “Aku rasanya mau kabur ke kamar saja, mau ikut nangis keras-keras!” “Aku panggilkan bapaknya saja, nggak sanggup aku menangani anak ini!” Dan lain sebagainya.

Amati semuanya seolah-olah kita adalah helikopter yang melayang-layang di atas semua huru-hara pikiran, perasaan, sensasi, dan impuls itu. Pada saat itulah kita melihat bahwa sebetulnya sekacau apa pun isi hati kita, kita selalu punya kebebasan untuk memilih: apakah kita akan menyikapi situasi ini secara impulsif atau secara kalem-rasional-bijak?

Alih-alih hanyut dalam pusaran negatif, kita bisa memilih untuk tetap berpikir dan bertindak positif. Kita bisa memilih berkata dalam hati: “Wajar saja anakku menangis, dia belum bisa mengenali dan mengendalikan emosinya, namanya juga masih anak-anak!”. Kita bisa memilih bicara lembut pada anak, “Kakak sedih karena tadi teman tidak meminjami mainan? Perlu Bunda peluk?”. Kita bisa memilih memberi sugesti positif pada diri sendiri, “Sesulit apa pun perilaku anakku, aku akan tetap menyayanginya, aku akan terus membantunya bertumbuh lebih baik dari hari ke hari!”

Ketika kita bisa tenang, banyak solusi membangun yang bisa kita temukan. Kita bisa tetap kalem tetapi tegas memberi petunjuk moral (habit of obedience). Kita bisa membantu anak melewati setiap situasi sulit sebagai kesempatan baginya mendewasakan diri, secara tekun mendampinginya agar ia terbiasa memenangkan Kehendak atas impuls (way of the will).

Facebook Comments

Article by Ellen K

Ellen Kristi. Ibu tiga anak homeschooler, praktisi metode CM dan penulis buku "Cinta Yang Berpikir", berdomisili di Semarang. Dapat dihubungi lewat ellenkristi@gmail.com

Previous StoryMelatihkan Kebiasaan Baik Baru Pada Anak, Tak Sampai Seminggu
Next StoryKetika Anak Egois dan Tak Mau Berbagi

Related Articles

  • family
    Mengapa Orangtua Sama, tapi Watak Anak Berbeda-beda?
    View Details
  • Perilaku anak bikin emosi?
    Kita Harus Apa Saat Anak Susah Diatur dan Emosi Memuncak?
    View Details

no replies

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • DIBUKA: Kelas Cinta yang Berpikir Angkatan #9 October 8, 2024
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #12 October 4, 2024
  • DIBUKA: Kelas Cinta yang Berpikir Angkatan #8 September 13, 2024
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #11 September 1, 2024
  • DIBUKA: Kelas Cinta yang Berpikir Angkatan #7 August 26, 2024
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #10 August 2, 2024
  • DIBUKA: Kelas Cinta yang Berpikir Angkatan #6 July 18, 2024
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #9 July 2, 2024
  • Surat Terbuka CMid tentang Kebijakan “Sastra Masuk Kurikulum” June 3, 2024
  • DIBUKA: Kelas Cinta yang Berpikir Angkatan #5 June 16, 2023

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • Mengapa Orangtua dan Guru Belum Berhasil Mendewasakan Karakter Anak? 77 views | 0 comments | by Ellen K | posted on January 15, 2021
  • Rekomendasi Buku Terjemahan AO 35 views | 0 comments | by admin | posted on November 9, 2021
  • Rekomendasi Buku Lokal dan Terjemahan Selain AO 33 views | 0 comments | by admin | posted on November 8, 2021
  • 20 Butir Filosofi CM 19 views | 0 comments | by admin | posted on November 22, 2017
  • Pengantar Rekomendasi “Living Books” Tim Kurikulum CMid 19 views | 0 comments | by admin | posted on November 10, 2021

KOMENTAR TERKINI

  • Ellen K on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #11
  • sari kartika on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #11
  • Ellen K on Mengapa Siswa Belajar Demi Nilai Bagus, Bukan Mencari Ilmu?
  • Arizul Suwar on Mengapa Siswa Belajar Demi Nilai Bagus, Bukan Mencari Ilmu?
  • Ellen K on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #5
  • Wijayanti on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #5

Visitors

Today: 22

Yesterday: 679

This Week: 25680

This Month: 102262

Total: 947634

Currently Online: 112

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.