“Biarlah segala pemikiran yang kita tawarkan bagi anak-anak berdaya gugah, semata ringkasan garing fakta-fakta takkan inspiratif bagi mereka. Setelah memperoleh ide-ide vital, anak-anak akan sigap menyambungkan fakta-fakta berdasarkan ide itu,” (The Story of Charlotte Mason, hlm. 51)
Living ideas, gagasan-gagasan yang hidup. Itulah menu sehari-hari yang disajikan dalam pendidikan Charlotte Mason. Gagasan hidup artinya sesuatu tak kasat mata yang menggugah jiwa anak untuk berefleksi, kepalanya untuk berpikir, nalurinya untuk mencari tahu, dan semangatnya untuk belajar serta berkontribusi demi kebaikan.
Alam tentu saja sumber utama gagasan hidup. Suguhan utuh dan hidup dari alam akan membantu anak memahami gambaran mental yang menyeluruh tentang fokus amatannya. Namun bagaimana hendak belajar dari alam, tanpa pernah pergi ke alam raya? Kira-kira itulah urgensinya meluangkan waktu ke alam.
Setiap anak mestinya berkesempatan untuk secara berkala, dari waktu ke waktu, mengamati proses kehidupan alam. Mulailah dengan berjalan-jalan di alam dan secara spontan mengamati segenap yang terhampar di sana.
Sepertinya syarat mutlak pendidikan yang “memberi makan jiwa” ialah memberi kesempatan para siswa, kelas berapa pun, setengah hari dalam seminggu, sepanjang tahun, untuk terjun ke alam terbuka … setiap anak perlu berkesempatan mengamati dari minggu ke minggu pergantian musim-musim. Geografi, geologi, lintasan matahari, perilaku awan gemawan, tanda-tanda cuaca, semua yang ditawarkan oleh alam terbuka bisa dipelajari lewat acara jalan-jalan ini, tanpa harus direncanakan, alamiah, teramati seketika. (School Education, hlm. 237)
Metode CM sangat mementingkan terjalinnya relasi antara benak anak dengan beragam pengetahuan, termasuk dalam nature study. Alam itu nyata. Anak bisa mengenalnya dengan segenap inderanya dan bisa mengapresiasinya secara langsung.
Pergantian musim, perubahan cuaca, perguliran matahari, penampakan bulan, pertanda langit, warna-warni semesta. Dari pengalaman pribadi bersinggungan langsung dengan alam itulah anak akan membangun hubungan-hubungan nyata dengan alam, Khasanah pikir dan jiwa anak tentang kekayaan ciptaan Tuhan diperluas melampaui sekadar fakta dari buku atau tontonan saja.
Bukan berarti buku tidak penting. Selain interaksi langsung dengan alam, CM juga merekomendasikan penggunaan living books sebagai pendamping dalam proses menjalin kedekatan dengan alam.
Satu-satunya metode yang tepat untuk mengajarkan sains adalah mengupayakan kombinasi yang pas antara terjun ke lapangan dengan kerja laboratoris, ditambah penguatan bacaan sastrawi sejauh dimungkinkan dalam mata pelajarannya. (A Philosophy of Education, hlm. 223).
Kiranya buku-buku mereka berkualitas living books, berlimpah pasokan dan ragam buku-buku terbaik. (The Story of Charlotte Mason, hlm. 51) .
Perjumpaan dengan para naturalis pecinta alam bisa menularkan ilmu dan semangatnya pada anak-anak kita. Di lapangan, mungkin saja anak bertemu langsung dengan sebagian naturalis. Namun, para naturalis juga bisa ditemui lewat buku-buku.
Pustaka hidup yang ditulis langsung oleh para naturalis yang menjiwai kisahnya adalah sumber gagasan hidup tambahan. Anak akan belajar secara langsung pada mereka dan mencecap kecintaan mereka terhadap alam melalui buah pikirnya.
Sebaliknya, percobaan ilmiah dan buku-buku (teks) yang hanya menyajikan fakta-fakta kering tidak disarankan oleh Charlotte Mason karena tak terdapat living ideas yang memantik kecintaan pada jiwa anak terhadap alam.
no replies