Semarang, CM Indonesia – Sesi “Tanya Jawab Homeschooling & Pendidikan Karakter” bersama Charlotte Mason Indonesia mendapat sambutan antusias, Kamis (1/12). Orangtua dari Semarang dan luar Semarang memenuhi bangku peserta, bahkan perwakilan dari sekolah pun ikut datang untuk menyimak dan berdiskusi langsung.
Sesi yang diselenggarakan di panggung Bazaar HUT #6 Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jawa Tengah ini berlangsung sekitar satu jam di Gedung Gradhika, kompleks Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Beberapa poin yang dikemukakan adalah perlunya membongkar paradigma bahwa pendidikan itu identik dengan persekolahan, pelajaran akademis, harus di ruangan tertentu, oleh guru tertentu. “Belajar itu bisa di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja, tentang apa saja, bahkan mencuci piring, menyapu, memasak, itu juga bentuk belajar,” terang pembicara Ellen Kristi.
Soal pendidikan karakter, Ellen mempertanyakan sistem pendidikan yang utilitarian. “Anak disiapkan hanya untuk jadi tenaga kerja terampil, karakter luhur jadi prioritas urutan kesekian,” katanya. “Ketika orangtua, masyarakat, sekolah dan pemerintah terlalu terobsesi pada ujian, tak heran jika siwa menghalalkan segala cara agar bisa dapat nilai bagus.” Seharusnya, kata Ellen, karakter anak harus dididik lewat pembentukan kebiasaan baik dan suplai ide inspiratif.
Di antara peserta, ada utusan sekolah. “Begitu dapat info acara ini, pimpinan langsung menyuruh saya datang, supaya dapat masukan, biar bisa diterapkan yang bagus-bagus di sekolah kami,” kata Dadang dari Sekolah Nusa Putra, Semarang. Sepanjang acara Dadang duduk di baris terdepan dan aktif mengajukan pertanyaan tentang bagaimana pendidikan karakter bisa dipraktikkan di lingkungan sekolah.
Lain lagi dengan Eko yang ingin tahu info lebih jauh karena sudah punya niat untuk meng-homeschooling-kan anaknya. Dari pengalaman pribadinya, ayah dua anak ini sadar pendidikan tidak sebatas di sekolah saja. “Saya dulu anak bodoh di sekolah, sampai guru bilang kalau saya bisa lulus, semua murid harusnya lulus, tapi kenyataannya saya bisa hidup dari berwirausaha,” kenang Eko. Dia dan istrinya berkonsultasi soal perlukah homeschooling jika anaknya berprestasi di bidang olahraga, tapi sering kecapekan mengerjakan tugas sekolah.
“Mau sekolah atau mau homeschooling, semua punya konsekuensi, pilih yang mana pun boleh asal siap menjalaninya,” demikian sharing dari Putri, salah seorang anggota Keluarga Besar Homeschooler Semarang. Acara ditutup Ellen Kristi dengan mengajukan kuis berhadiah tiga judul buku. Salah satu buku yang dibagikan adalah edisi revisi manual pendidikan karakter Charlotte Mason, “Cinta yang Berpikir”. (EK)
no replies