Akhir-akhir ini, nature study kembali populer. Khususnya di kalangan homeschooler, tradisi belajar ini dihidupkan kembali oleh para praktisi metode Charlotte Mason dalam keseharian mereka. Kegiatan ini juga lumrah dilakukan homeschooler non-CM.
Menilik semangatnya, panggilan untuk lebih memerhatikan alam semesta memang bukan ‘privilese’ praktisi CM saja, melainkan tanggung jawab makhluk sesemesta. Pemikiran CM sendiri ibarat pemantik provokatif yang menggelitik jiwa siapa saja yang sepakat dengannya.
Belajar di alam, belajar dari alam. Kira-kira begitu inti pemikiran CM, yang terutama didasari pengalamannya berinteraksi secara langsung dengan alam. Di masa kini, pemikiran CM itu dibenarkan oleh berbagai riset tentang banyaknya manfaat yang akan anak peroleh jika berada di alam.
Nature study memupuk imajinasi anak … begitu banyak kisah nyata dan menakjubkan yang bisa ia baca dengan matanya sendiri, kisah-kisah yang akan mengisi imajinasinya tak kalah kaya dibanding dongeng-dongeng. Nature studysekaligus akan memupuk semacam persepsi dan penghargaan pada apa yang nyata, serta kesanggupan mengekspresikannya. … Nature study memberi anak pengetahuan praktis yang bermanfaat. Dia jadi akrab dengan seluk beluk dan kekuatan-kekuatan alam, sehingga dia tak sampai tanpa daya ketika berhadapan dengan peristiwa buruk dan bencana alam.
Catatan itu ditulis oleh Anna Botsford Comstock pada halaman permulaanHandbook of Nature Study. Lewat nature study, anak diperkenalkan pada alam dan segala mekanisme hidup yang berlangsung di dalamnya secara nyata dan utuh melampaui sekat-sekat mata pelajaran. Pemahaman yang menyeluruh tersebut diperoleh anak dengan kembali ke alam itu sendiri. Anak-anak butuh pengalaman langsung ini supaya mereka mampu mengekspresikan pengalamannya tentang alam secara apa adanya, yang sebenarnya.
Mulai Sejak Dini, Mulai Bersama Keluarga
Namun, jauh-jauh sebelum anak berkenalan dengan tradisi nature study, anak perlu terbiasa dahulu berlama-lama berada di alam sejak usia dini. CM bahkan menyarankan idealnya anak berinteraksi dengan alam sekitar 4-6 jam sehari, selama cuaca memungkinkan (Home Education, hlm. 44). Never be within doors, when you can rightly be without. Jangan pernah tinggal dalam ruangan, kalau kau bisa dibenarkan untuk pergi ke luarnya. (Home Education, hlm. 42)
Kegiatan nature study jangan serta merta dipaksakan tanpa anak terbiasa berada di alam. Mereka harus nyaman dulu dengan kehidupan di luar ruangan (outdoor life) dan berjalan-jalan di alam (nature walk).
“Anak-anak mesti disemangati untuk mengamati dengan tenang dan sabar, sampai mereka mendapat pelajaran tentang sejarah dan berbagai kebiasaan entah itu lebah, semut, tawon, laba-laba, ulat bulu, capung, dan apa saja yang mereka jumpai selama perjalanan.” (hlm. 57)
Seperti beragam metode CM lainnya, nature study pun perlu dibiasakan secara konsisten. Habit training merupakan kerja pokok pendidikan CM, bertujuan untuk membangun suatu kebiasaan hidup yang bermanfaat dalam jangka panjang. Diharapkan, sejak belia kebiasaan-kebiasaan yang bermanfaat itu sudah membudaya dalam dirinya dan mendarah daging dalam karakternya.
Lewat pembiasaan juga ada proses berbagi nilai-nilai (values) keluarga yang penting dengan anak-anak. Karena itu, pembiasaan anak-anak sebaiknya dibarengi dengan menghidupi tradisi nature study bersama-sama dalam keluarga.
CM sendiri menancap idealisme yang tinggi tentang kecintaan anak pada alam semesta sebagai perwujudan Tuhan, mencintai alam sebagai sumber belajar langsung (first hand). Menumbuhkan anak yang berkarakter demikian bukanlah perkara instan, tetapi penting untuk diupayakan karena berkaitan dengan keberlangsungan hidup manusia dan semesta.
Secara sadar bersinggungan dengan alam dari hari ke hari akan mengasah kepekaan dan kesadaran anak-anak bahwa alam itu berubah dari waktu ke waktu, tumbuh seiring masa seperti kita manusia.
Penting kiranya anak berinteraksi langsung dengan alam sedari usia dini, supaya “kecintaan terhadap alam terpatri secara alami padanya, seolah alam sudah menjadi bagian dari dirinya sejak kecil”, terus terbawa sampai masa dewasanya “sehingga memperkaya hidupnya dengan minat yang murni, pembelajaran yang menggairahkan, kesehatan, dan kegembiraan.” (Home Education, hlm. 71). Bukankah kita mengharapkan keberadaan orang-orang dewasa yang mencintai alam-Nya? (Bersambung)
no replies