KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
April 25, 2012  |  By Ellen K In Praktik CM
Bersenang-senang dengan Narasi
Narasi tidak selalu menyenangkan, tapi pasti bermanfaat. (Dok. Istimewa)
Narasi tidak selalu menyenangkan, tapi pasti bermanfaat. (Dok. Istimewa)
Post Views: 144

“Selamat bersenang-senang!” Itulah kalimat yang dilontarkan oleh salah seorang mahasiswi saya kepada rekan-rekannya yang masuk ke jam kuliah kloter kedua, sambil nyengir geli. Mereka semua mahasiswa mata kuliah Dasar-dasar Filsafat yang saya ampu.

Semester ini saya menerapkan metode CM murni, hanya menggunakan living books tanpa video maupun slide presentasi apa pun. Buku yang saya pilih adalah Alam Pikiran Yunani karya wakil presiden RI pertama Moh. Hatta dan Dunia Sophie karangan Jostein Gaarder.

Caranya secara prinsip sederhana: Saya akan menunjuk secara acak siapa yang membaca, lalu siapa yang menarasikan bacaan. Sebelum memulai bacaan baru, mereka harus menarasikan dulu apa yang telah dibaca minggu sebelumnya. Setelah menyelesaikan porsi bacaan minggu itu, mereka harus menarasikan ringkasannya.

Untuk variasi kadang kala saya meminta bentuk narasi yang berbeda, misalnya membuat pertanyaan atas bacaan, merumuskan ulang ide yang sama dengan kalimat yang berbeda, menjelaskan konsep kunci dalam bacaan, memberikan contoh konkret dari suatu konsep, dsb. Semua mahasiswa saya minta siap melakukan itu kapan pun ia dapat giliran saya tunjuk.

Sesuai dengan prinsip single reading, bacaan hanya boleh dibaca satu kali. Pada saat menarasi, buku saya minta ditutup, dan mahasiswa harus mengarahkan pandangannya menatap saya. Dengan demikian, setiap mahasiswa harus mencurahkan perhatian sepenuhnya begitu terdengar ada yang membaca. Kalau mereka melamun dan tidak menyimak bacaan, bisa dipastikan mereka tidak bisa menarasikan bacaan itu. (Dan saya terus awas untuk memperhatikan siapa yang melamun atau ngobrol sendiri, karena merekalah yang saya prioritaskan untuk membuat narasi.)

***

Saya tidak berani menjamin bahwa semua anak suka pada metode belajar  dengan teknik narasi seperti ini. Narasi adalah cara belajar yang menuntut konsentrasi penuh dari awal sampai akhir, suatu kerja keras buat para siswa yang biasanya bisa bisik-bisik cekikan dengan temannya atau sibuk sendiri SMS/BBM-an dengan HP-nya atau melamun sambil terkantuk-kantuk di kelas.

Narasi bukan cara belajar yang ‘menghibur’ – tidak ada stimulasi visual atau presentasi menawan ala trainer-motivator. Bagi CM, kerja keras mencurahkan daya pikir dan belajar tanpa mengandalkan adanya hiburan adalah bagian dari karakter yang ingin kita bangun dalam diri siswa. Siswa harus didorong untuk menjadi pembaca yang efektif dan pemikir mandiri, yang tanggap menangkap ide sekecil apa pun dari bacaannya.

Seloroh mahasiswi saya di atas, “Selamat bersenang-senang!” jelas suatu guyonan, yang tampak dari senyum geli yang muncul di bibirnya. Kloternya baru saja menyelesaikan satu sesi  menggarap buku dengan teknik narasi. Kebetulan bacaan hari itu mengandung beberapa ide filosofis yang kompleks dan menarasikan ide-ide itu terasa sangat menantang, sehingga banyak anak di kloternya yang mengeluh, “Aduh, pusing, Bu!” di akhir sesi mereka. Jadi, mahasiswi ini tertawa karena tahu ‘perjuangan’ macam apa yang akan dihadapi teman-temannya dari kloter kedua dengan porsi bacaan mereka hari itu.

Bukan pula berarti belajar dengan cara seperti ini tidak menghasilkan kesenangan. CM percaya, pengetahuan menawarkan keindahannya sendiri bagi siapa saja yang mencarinya. Salah satu target besar metode CM adalah anak menemukan keindahan itu, sehingga ia akhirnya suka belajar karena belajar itu memang memuaskan. Untuk itu proses belajar harus selalu dikerjakan bersama buku-buku terbaik (living books), yang bukan hanya berbobot tapi juga dituturkan dengan indah-bermakna. Buku-buku berkualitas adalah sumber kesenangan yang sesungguhnya dari proses belajar ala CM. Sekalipun harus bekerja keras, pikiran mereka tetap bersemangat karena buku-buku itu menawarkan makanan pikiran yang sedap dan bergizi.

Namun, bekerja pun harus ada batasnya. Di sinilah CM meresepkan prinsip lain yang sangat ramah anak: short lessons. Karena tahu bahwa proses belajar dengan teknik narasi menuntut pikiran dicurahkan secara maksimal, jam belajarnya harus singkat, disesuaikan dengan kapasitas para siswa.

Berhubung para siswa saya ini banyak yang belum punya kebiasaan membaca efektif, dan banyak yang belum mengembangkan keterampilan berargumen apalagi di depan umum, proses belajar kami pada pertemuan-pertemuan awal sangat lambat. Saya sendiri sudah tegaskan kepada mereka bahwa saya tidak punya target mereka harus selesai sampai di bab berapa. Tiap kelas melaju dengan kecepatan masing-masing. Dalam sehari biasanya kami hanya menyelesaikan beberapa alinea dari setiap buku. Itu tidak masalah. Yang penting adalah kualitas pemahaman, bukan kuantitas bacaan.

***

Berikut adalah beberapa hal yang saya cermati terkait dengan perkembangan kelas saya setelah delapan minggu menerapkan metode CM:

  • Setelah terbiasa dengan narasi, anak-anak jadi makin cepat menangkap pokok-pokok gagasan dari setiap porsi bacaan. Dan mereka sudah mulai mampu menangani porsi bacaan yang lebih panjang, sehingga dalam satu pertemuan jumlah alinea yang dibaca bisa lebih banyak.
  • Dari segi kemampuan menarasi, anak-anak menjadi lebih percaya diri, membuat narasi yang lebih detil dan lebih panjang.
  • Anak-anak ini mulai menjalin ‘relasi’ dengan buku-buku mereka. Dalam percakapan informal, mereka menyebut-nyebut nama Sophie, seolah-olah tokoh dari buku bacaan mereka itu adalah salah satu dari kawan mereka, yang sama-sama mereka kenal baik.
  • Metode ini membantu saya mengenal lebih dekat tiap pribadi mahasiswa kelas saya. Mana yang punya kesulitan belajar (tidak bisa membaca lancar, tidak bisa berkonsentrasi, tidak bisa mengungkap argumen dalam kalimat runtut, dsb.), mana yang sangat cemerlang. Saya terkaget-kaget mendapati sebagian mahasiswa yang kelihatannya pendiam dan tidak menonjol di kelas dengan model pembelajaran klasik, ternyata menyimpan kapasitas berpikir yang hebat ketika disuruh menarasi.
  • Di sisi lain, anak-anak juga merasa lebih kenal dengan dosennya. Sikap mereka terhadap saya santai. Suasana kelas, meskipun serius, tidak terasa kaku. Meskipun masih jarang, mereka mulai pro-aktif (artinya: tanpa harus disuruh-suruh) melontarkan pertanyaan-pertanyaan di saat sesi berlangsung, yang lahir dari keingintahuan mereka pribadi.
  • Pemahaman yang mereka bangun tentang bacaan sangat memuaskan. Dari hasil koreksi narasi tertulis, terlihat mereka jadi punya gambaran jelas tentang apa itu filsafat dan apa karakteristik berpikir filosofis, dan bisa bercerita tentang itu di luar kepala dengan bahasa mereka sendiri – bukan sebagai hafalan.
Facebook Comments

Article by Ellen K

Ellen Kristi. Ibu tiga anak homeschooler, praktisi metode CM dan penulis buku "Cinta Yang Berpikir", berdomisili di Semarang. Dapat dihubungi lewat ellenkristi@gmail.com

Previous StoryAkankah Kurikulum Mematikan Hasrat Belajar Alami Anak?
Next StoryNature Walk, Tiga Jam Pun Kurang!

Related Articles

  • kids-comparison-gettyimages
    Bahayanya Membandingkan Diri dengan Praktisi CM Senior
    View Details
  • geografi
    Sekilas Panduan CM Soal Belajar Geografi
    View Details

no replies

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • Mendampingi Anak Belajar Seni Berpuisi February 28, 2021
  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #4 February 18, 2021
  • Podcast #35: Belajar Sastra ala Metode CM February 14, 2021
  • Pelajaran Berhitung Pertama Anak Prasekolah February 11, 2021
  • Apa Ruginya Kalau Anak Tidak Kenal Ninabobo dan Tembang Dolanan? February 9, 2021
  • Podcast #34: Tetap Kalem Saat Anak Emosional February 6, 2021
  • Refleksi Seorang Guru tentang Kesalahan Umum Orangtua dan Guru February 5, 2021
  • DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6 February 3, 2021
  • Yang Harus Dibenahi dalam Pendidikan Sains Kita February 2, 2021
  • Podcast #33: Proses Belajar Menulis Kreatif ala Metode CM January 30, 2021

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • 10 Ciri Pribadi Kekanak-kanakan dan Solusinya 149 views | 0 comments | by admin | posted on September 16, 2017
  • Mendampingi Anak Belajar Seni Berpuisi 146 views | 0 comments | by admin | posted on February 28, 2021
  • Mengapa Anak Tantrum dan Cara Terbaik Menghadapinya 91 views | 0 comments | by Ellen K | posted on August 1, 2012
  • Rilis Rekomendasi Tim Kurikulum CMid Tahap #1 52 views | 0 comments | by admin | posted on February 12, 2019
  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #4 45 views | 0 comments | by admin | posted on February 18, 2021

KOMENTAR TERKINI

  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Sizi on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Normalita h on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Ardiba on Pendidikan ala CM untuk Keluarga Muslim
  • Ellen K on Membantu Anak Menemukan Tujuan Hidupnya

Visitors

Today: 205

Yesterday: 670

This Week: 2228

This Month: 10633

Total: 243917

Currently Online: 118

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.