Salah satu “hobi” saya setelah menjadi praktisi metode Charlotte Mason alias CMer adalah berburu lokasi-lokasi bernuansa alam di sekitar kota yang bisa menjadi tempat bermain anak-anak: outdoor life, nature walk, dan nature study.
Charlotte tak pernah bosan menganjurkan agar sedini mungkin anak diakrabkan dengan alam sekitar, sedapat mungkin alam yang sealami mungkin. Alam ini, katanya, menyediakan hiburan dan pelajaran yang luar biasa limpah. Dan anehnya, bukan seperti pelajaran akademis di ruang kelas, sepanjang apa pun waktu yang anak habiskan di alam untuk mengamati dan menyelidikinya, anak tidak akan kunjung lelah. Seolah-olah alam menyediakan suntikan energi bagi siapa saja yang mau menjadi sahabatnya. Berjam-jam bisa lewat tanpa terasa ketika anak (dan kita juga!) sudah asyik bermain di alam.
Beberapa manfaat yang Charlotte sebutkan akan datang dari kebiasaan bermain di alam bagi anak adalah:
- meningkatnya habit of attention (kemampuan untuk fokus dan daya pengamatan)
- menumbuhkan jiwa peneliti
- menyediakan landasan bagi pengetahuan teoritis ilmiah nantinya
- meningkatkan kesehatan badan
- menyalurkan energi dan keingintahuan anak yang besar
- menetralisir emosi-emosi negatif
- membangun karakter yang stabil dan positif di rumah
- meluaskan minat, kreativitas, dan wawasan
- memberikan pengalaman berkelana dan kemandirian berkegiatan
- menanamkan kekaguman pada keunikan ciptaan dan kehebatan Sang Pencipta
Sedihnya, seiring makin besarnya populasi kota, meningkatnya kebutuhan akan perumahan, makin sempit tanah yang dibiarkan berfungsi secara alamiah, dan makin sedikit pula pilihan tempat bermain yang alami bagi anak.
Di kota tempat saya tinggal, taman-taman terdekat sudah tidak terlalu alamiah lagi. Mainan-mainan artifisial seperti ayunan, papan luncuran, jungkat-jungkit, tangga melengkung selalu disediakan di sana, sehingga mengalihkan anak dari alam itu sendiri. Tapi daripada sama sekali tidak bermain di luar rumah, taman-taman kecil itu (yang seringkali juga tidak dikelola dengan baik) jadilah. Ini masih lebih baik ketimbang menghabiskan waktu di playground komersial dalam mall.
Sebagai kompensasinya, setiap kali ada waktu luang yang lebih banyak, saya selalu mengajak anak-anak pergi agak jauh mencari lokasi-lokasi yang lebih alamiah, seperti kebun binatang atau danau buatan.
Nah, belakangan ini saya menemukan lokasi yang betul-betul alamiah. Wana Wisata Penggaron namanya. Ke area hutan yang totalnya seluas 1578,5 hektar inisaya seminggu sekali mengajak anak-anak main kemah-kemahan. Mereka makan siang di antara rerumputan, lalu tidur-tiduran mengamati pohon-pohon tinggi menjulang, langit biru, awan putih, dan mendengar bunyi berbagai jenis burung berkicau bersahutan, atau menjelajah jalan setapak, memungut bunga liar atau membuat gelembung alami dengan getah daun jarak, meniti batang kayu yang roboh, atau sekedar berlari-lari dan berkeliaran. Tiga jam pun masih terasa kurang bagi mereka setiap kali bermain di kawasan ini. Jarak tempuh 1,5 jam pergi-pulang terasa tak terbuang percuma jadinya.
Kapan-kapan kalau Anda atau anak-anak Anda ingin bergabung dengan kami untuk nature walk di lokasi ini, hubungi saya ya! Jangan lupa bawa bekal makan siang masing-masing 🙂
Catatan mutakhir:
Per 2016, menurut rencana pemerintahan daerah, Wana Wisata Penggaron akan dibabat sekitar 500 hektar untuk menjadi Jateng Park. Konon izin alih fungsi hutan dari Kementerian Kehutanan pun sudah turun. Aduh, sedih banget kalau itu sampai betul-betul terjadi!
Terimaksih, mba inspirasinya … Sy termasuk yg agak susah cari lokasi nature walk sekitar komplek rumah paling sering ke taman komplek, akhir2 ini sering cari sawah tp agak susah juga, sekali nemu sawahnya nyempil … Sedikit bgt hehee
Sama, mbak. Balada keluarga yang tinggal di kota ya. Semangat terus mengajak anak-ank jalan-jalan ke alam!