KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • CMid
    • Tentang CMid
    • Keanggotaan CMid
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • BAHAN BELAJAR
    • PRINTABLES
      • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • CYB
    • DESKRIPSI CYB
    • RESELLER & DROPSHIPPER
  • ARTIKEL
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • BERITA
  • CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • CMid
    • Tentang CMid
    • Keanggotaan CMid
  • KOLOM
  • PODCAST
  • BAHAN BELAJAR
    • PRINTABLES
      • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • CYB
    • DESKRIPSI CYB
    • RESELLER & DROPSHIPPER
  • ARTIKEL
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • BERITA
April 27, 2018  |  By Nuni A In Refleksi CM
Tentang Berpikiran Buruk Pada Anak
Apa prasangka kita pada anak?
Apa prasangka kita pada anak?
Post Views: 267

Anak-anak itu seperti kita orang dewasa, punya bawaan dan kecenderungan ke hal baik ataupun buruk, tapi sekaligus punya intuisi untuk membedakan benar dari salah – bukan karena mereka ingin menjadi seperti itu, tapi karena mereka memang terlahir begitu. Di sini muncul isyarat tentang tugas dari pendidikan. Dalam tubuh dan benak, hati dan jiwa, ada kencederungan menjadi baik maupun jahat. Sebagai pendidik kita diharapkan bisa menguatkan yang baik dan melemahkan yang jahat itu. (A Philosophy of Education, hlm. 46)

Suatu Sabtu di akhir April lalu, Kiran berulang tahun yang kedelapan. Seminggu sebelum hari H, saya menanyai Kiran, hal apa yang ia sangat inginkan untuk ulang tahunnya. Waktu itu dia menjawab: Lego Technic – mainan dengan motor penggerak yang harganya lumayan mahal.

Di sisi lain, keluarga kecil kami punya tradisi setiap kali ada yang ulang tahun: membagikan sedekah kepada yang membutuhkan. Nah, tahun ini, keuangan kami sedang mepet. Jadi, saya beritahu Kiran soal keterbatasan dana ini – bahwa uang ayah dan bunda hanya cukup untuk salah satu saja, entah bersedekah atau membeli Lego Technic yang ia sangat idam-idamkan. Lalu saya berikan waktu untuknya berpikir dan mengambil keputusan. Apa pun yang dia putuskan, saya dan ayahnya akan mendukung.

Malam sebelum hari ulang tahun, saya mengobrol dengan suami tentang kemungkinan pilihan Kiran. Saya bilang, saya yakin Kiran akan memilih untuk membeli Lego Technic ketimbang bersedekah, karena sudah beberapa minggu ini Kiran seperti enggan berbagi. Uang jajannya yang biasa ia sisihkan untuk berdonasi seribu rupiah per hari, ia ingin gunakan untuk kepentingan sendiri. Berdasarkan pengamatan itu, saya merasa tak mungkin Kiran memilih bersedekah. Pasti dia akan memilih untuk membeli Lego Technic.

Betapa terkejutnya saya ketika esoknya saya tanya, Kiran menjawab, “Aku mau sedekahkan saja, Bun. Aku nggak perlu Lego Technic. Aku masih bisa main Lego yang lama.” Perasaan saya pada saat itu bercampur aduk, antara terharu, malu, dan menyesal. Terharu karena Kiran ternyata lebih memilih untuk bersedekah ketimbang membeli mainan untuk dirinya sendiri; malu karena saya sudah berpikiran negatif terhadap anak saya sendiri; dan menyesal telah membagikan pikiran buruk saya kepada ayahnya.

***

Seberapa sering kita berprasangka negatif dan menghakimi anak kita sendiri sebagai tak becus? “Dia masih kecil, belum bisa makan sendiri.” “Anak kecil nggak usah ikut campur urusan orang dewasa!” “Duduk saja sana, nanti Mama yang bawakan tasmu.” Mulut orang dewasa sering melontarkan ucapan meremehkan tatkala melihat seorang anak hendak melakukan sesuatu yang menurut kita sulit. Kita tak percaya anak kecil bisa memikirkan dan melakukan hal besar.

Charlotte Mason menuliskan sebagai prinsip filosofis pertama metode pendidikannya: sejak lahir, anak sudah menjadi pribadi yang utuh. “Anak terlahir sebagai pribadi utuh, mereka bukan lembaran kosong atau embrio tiram yang berpotensi kelak menjadi pribadi utuh – [saat ini] mereka sudah pribadi utuh.”

Sebagai pribadi utuh, anak punya jalan pikiran sendiri. Mulai dari hal yang sederhana seperti memilih baju, anak bisa punya selera dan keputusan sendiri, mana baju yang ingin dia pakai. Kita sering menyangkal kepribadian utuh anak dan memaksakan pilihan kita, alih-alih memberi ruang bagi anak untuk membuat pilihan dan menghormati keputusannya. Itu karena kita tidak menyadari dan memandang anak sebagai pribadi utuh.

Peristiwa ulang tahun Kiran ini membuat saya jadi berkontemplasi. Saya sudah tergesa-gesa menilai rendah anak saya sendiri. Saya tidak percaya dia mampu memilih mana yang baik untuknya dan orang lain. Saya lupa kutipan Charlotte Mason di atas: Sekalipun dalam hati dan tubuh anak sama-sama ada kecenderungan baik dan jahat, dengan pendidikan yang tepat, anak bisa terlatih membuat pilihan-pilihan yang baik.

Mengapa Kiran memutuskan untuk bersedekah, alih-alih membeli Lego Technic idamannya? Saya yakin proses pendidikan yang kami jalani berpengaruh: perjamuan ide yang setiap hari diberikan lewat buku-buku berkaliber living books, lingkungan pergaulan yang baik, dan diskusi-diskusi ringan di rumah adalah beberapa faktor yang memupuk kebaikan dalam hati Kiran.

“Adakah dari kita yang bisa mencintai seperti cinta seorang anak? Ayahnya dan bundanya, kakaknya dan adiknya, tetangganya dan temannya, kucingnya dan anjingnya, bahkan mainan lama yang sudah usang dan ‘bodol’ di mana-mana, semua kebagian kasih sayangnya secara melimpah. Betapa ia dermawan dan penuh syukur, betapa ia baik hati dan bersahaja, betapa ia mudah iba dan suka memberi, betapa ia setia dan rendah hati, betapa ia bersikap setara dan adil! Hati nurani anak senantiasa terjaga.” (A Philosophy of Education, hlm. 43)

Saya bersyukur diberikan kesempatan belajar dari kejadian ini. Saya menyadari kesalahan saya. Saya makin menyadari tugas saya sebagai pendidik bagi Kiran adalah mengimani anak sebagai pribadi utuh, tidak boleh sembarangan menghakimi anak, meskipun dalam pikiran. Maafkan bunda ya, Nak. Terima kasih atas pelajaran yang telah kau berikan.

Facebook Comments

Article by Nuni A

Nuni Amaliah. Ibu satu anak homeschooler, praktisi metode CM yang berdomilisi di Jakarta. Bisa dihubungi lewat nuniamaliah84@gmail.com

Previous StoryMemilih di Antara Dua Lensa
Next StoryMelatihkan Kebiasaan Baik Baru Pada Anak, Tak Sampai Seminggu

Related Articles

  • Rayya
    Nature Study yang Menumbuhkan Spiritualitas Anak (dan Kita)
    View Details
  • Romeo & Juliet (FS Muschamp)
    Ketika Anak Umur Tujuh Tahun Bicara Percintaan
    View Details

no replies

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • DIBUKA: Pelatihan “Habit of Attention” Angkatan #5 March 15, 2023
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #5 February 12, 2023
  • DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #13 January 25, 2023
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #4 January 24, 2023
  • DIBUKA: Kelas Cinta yang Berpikir Angkatan #1 & #2 December 9, 2022
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #3 December 9, 2022
  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #11 December 5, 2022
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #2 November 20, 2022
  • DIBUKA: Pelatihan “Habit of Attention” Angkatan #4 November 20, 2022
  • DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #1 October 22, 2022

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • DIBUKA: Pelatihan “Habit of Attention” Angkatan #5 196 views | 0 comments | by admin | posted on March 15, 2023
  • Rekomendasi Buku Lokal dan Terjemahan Selain AO 39 views | 0 comments | by admin | posted on November 8, 2021
  • Pengantar Rekomendasi “Living Books” Tim Kurikulum CMid 38 views | 0 comments | by admin | posted on November 10, 2021
  • Rekomendasi Buku Terjemahan AO 32 views | 0 comments | by admin | posted on November 9, 2021
  • 10 Ciri Pribadi Kekanak-kanakan dan Solusinya 26 views | 0 comments | by admin | posted on September 16, 2017

KOMENTAR TERKINI

  • Wijayanti on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #5
  • Indrawati Widjanarko on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #13
  • Wijayanti on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #4
  • Maria Apriliyani on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #3
  • Christine on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #2
  • Lailatun Nuriyah on DIBUKA: Sosialisasi CM dan CMid Angkatan #2

Visitors

Today: 263

Yesterday: 302

This Week: 11944

This Month: 50002

Total: 607027

Currently Online: 44

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.