KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
February 16, 2017  |  By Lyly F In Refleksi CM
Saat Anak Nature Study, Orangtua Harus Apa?
Latihlah indra anak awas memerhatikan. (Dok. LF)
Latihlah indra anak awas memerhatikan. (Dok. LF)
Post Views: 125

“Jangan terlalu buat dia pusing dengan nomenklatur ilmiah. Kalau anak bisa menemukan sendiri lewat membandingkan kerang dan kucing, bahwa ada binatang bertulang punggung dan yang tidak, tak terlalu penting dia tahu istilah vertebrata dan invertebrata …” (Home Education, hlm. 265).

 

Walaupun ada strukturnya, metode CM bukan metode teacher/parents-led. Pun nature study bukanlah ajang mencekokkan pengetahuan alam pada anak, melainkan memfasilitasinya untuk menjalin hubungan personal dan mendapatkan pengalaman spritual sendiri ketika berada di alam.

Konsekuensinya, orangtua juga musti belajar memahami peran dan posisinya dalam menjalankan nature study. Orangtua perlu berhati-hati untuk tidak menyisipkan agenda yang berbau menyuapi pengetahuan pada anak karena berpotensi merusak proses terbentuknya hubungan pribadi yang intim dengan pengetahuan dan dengan alam itu sendiri. Alih-alih kecintaan dan kegembiraan belajar, yang anak rasakan nanti ketidakbermaknaan.

Anak harus terbiasa bertanya “Mengapa?” – Mengapa angin bertiup? Mengapa sungai mengalir? Mengapa tunas daun itu lengket? Dan janganlah tergesa-gesa menjawab pertanyaannya, biarkan dia memecahkan teka-teki itu sendiri sejauh yang bisa dia cerna lewat pengalamannya. (Home Education, hlm. 264).

***

Fok​usnya ada di komitmen orangtua, bukan di struktur pembelajaran. Berkomitmenlah untuk meluangkan waktu dan memberi anak kesempatan untuk berada di alam sampai secara alami anak terbiasa memperhatikan perubahan alam dari waktu ke waktu, seperti yang tampak pada musim, flora dan fauna, juga berbagai cara kerja alam. Asah dan peliharalah kebiasaan anak memperhatikan dan mengamati ini sampai menjadi karakter terhubung dan peka terhadap alam.
          
Ketertarikan anak pada alam semesta akan meningkat seiring terbentuknya relasi antara anak dan alam. Waktu-waktu yang dihabiskannya di alam akan memantik kekagumannya dan fitrah alamiahnya dalam belajar, memahami pola, menghubung-hubungkan setiap kejadian yang dia temukan di alam.

Jadi, jangan buru-buru memaparkannya pada istilah-istilah ilmiah yang membingungkan dan membuatnya tampak bodoh, kecuali anak bertanya atas inisiatifnya sendiri karena ingin menggali pengetahuan lebih dalam lagi.

Lebih baik lagi jika anak menemukan sendiri jawaban atas keajaiban alam melalui kontak langsung dan terus menerus dengan alam. Pemahaman tentang hal-hal yang ditemuinya di alam akan semakin utuh ketika semakin sering mengamati alam, bukan dari tumpukan hafalan istilah asing yang tak bermakna di benaknya.

***

Charlotte hanya mengingatkan agar orangtua hadir di alam bersama anak-anak mereka, bukan melepas anak begitu saja untuk melakukan nature study. Walaupun anak harus didorong mencerna sendiri pengalamannya di alam, ada hal-hal penting yang harus orangtua arahkan agar mereka kerjakan dan hal-hal yang perlu dicegah terjadi pada saat anak berada di alam terbuka (Home Education, hlm. 43-44).

Keberadaan orangtua diperlukan untuk membantu anak mengarahkan kepekaan inderanya dan ketajaman nalarnya dalam mengamati alam – bukan dengan cara memberi ceramah ilmiah, melainkan dengan menunjukkan padanya keindahan dan keajaiban alam semesta yang berharga untuk dikenali dan dicintai setiap detilnya.

Orangtua perlu berada di sisi anak untuk menanggapi kekaguman anak, menyambut rasa ingin tahunya, memancing pertanyaan-pertanyaan kritis tentang yang sedang diamatinya. Dan yang terakhir tapi tidak sedikit perannya yaitu berbagi antusiasme dan sikap positif dalam melakukan semua ini.

“Inilah kesempatan bagi sang ibu untuk melatih mata yang awas melihat, telinga yang awas mendengar, dan menaburkan benih-benih kebenaran pada jiwa anak yang terbuka – benih-benih yang akan bertunas, mekar, dan berbuah.” (Home Education, hlm. 44-45)

“Para orangtua dan guru mestinya paham soal Alam. Tak ada istilah terlalu banyak membaca soal alam, bukan hanya agar orangtua bisa membacakan buat anak tentang temuan mereka di alam, tapi supaya dia bisa menjawab pertanyaan anak dan mengarahkan pengamatannya.” (Home Education, hlm. 64)

***

Arahkan anak untuk membuat jurnal alam sebagai catatan pengalaman dan pengamatan tentang alam. Dari pengamatan yang rutin dan terus-menerus dengan segenap inderanya, fondasi pemahaman anak tentang alam akan semakin utuh. Anak pun mempunyai amunisi untuk diceritakan dalam jurnalnya.

Jurnal alam adalah bentuk lain dari narasi yang penting artinya dalam metode CM, berfungsi untuk membantu anak mensintesis pemahaman berdasarkan pengalamannya sendiri. Dari jurnal ini, anak akan mempunyai catatan hidup tentang proses pribadinya berkenalan dengan alam semesta (lihat: A Philosophy of Education, hlm. 219-223).

Facebook Comments

Article by Lyly F

Lyly Freshty. Ibu tiga anak homeschooler, praktisi metode CM yang berdomisili di Surabaya. Dapat dihubungi lewat ly@freshty.com

Previous StoryMenumbuhkan Kecintaan Anak Pada Mahakarya
Next StoryBelajar Karena Suka vs Belajar Karena Paksaan

Related Articles

  • Tiga Serangkai
    Pendidikan yang Melahirkan Orang-orang Besar
    View Details
  • Arah jelas, langkah tegas.
    Langkah Penting Memulai Homeschooling (dan Menjadi Praktisi CM)
    View Details

no replies

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • Podcast #39: Melatih Kekuatan Kehendak Anak (Way of the Will) April 11, 2021
  • Podcast #38: Ngobrol dengan Bandung Mawardi: Sastra, Buku, dan Menulis March 28, 2021
  • Podcast #37: Memulai Pendidikan CM Saat Anak Sudah Remaja March 14, 2021
  • Podcast #36: Mendampingi Anak Belajar Seni Berpuisi February 28, 2021
  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #4 February 18, 2021
  • Podcast #35: Belajar Sastra ala Metode CM February 14, 2021
  • Pelajaran Berhitung Pertama Anak Prasekolah February 11, 2021
  • Apa Ruginya Kalau Anak Tidak Kenal Ninabobo dan Tembang Dolanan? February 9, 2021
  • Podcast #34: Tetap Kalem Saat Anak Emosional February 6, 2021
  • Refleksi Seorang Guru tentang Kesalahan Umum Orangtua dan Guru February 5, 2021

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • Rilis Rekomendasi Tim Kurikulum CMid Tahap #1 167 views | 0 comments | by admin | posted on February 12, 2019
  • 10 Ciri Pribadi Kekanak-kanakan dan Solusinya 143 views | 0 comments | by admin | posted on September 16, 2017
  • Podcast #39: Melatih Kekuatan Kehendak Anak (Way of the Will) 71 views | 0 comments | by admin | posted on April 11, 2021
  • Kurikulum dan Keseharian Homeschooling ala Metode Charlotte Mason 42 views | 0 comments | by Ayu P | posted on April 28, 2020
  • Mitos Gaya Belajar dan Salah Kaprah Kecerdasan Majemuk 39 views | 0 comments | by Ellen K | posted on March 14, 2019

KOMENTAR TERKINI

  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Sizi on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Normalita h on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Ardiba on Pendidikan ala CM untuk Keluarga Muslim
  • Ellen K on Membantu Anak Menemukan Tujuan Hidupnya

Visitors

Today: 338

Yesterday: 492

This Week: 5240

This Month: 31074

Total: 271201

Currently Online: 81

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.