“Jangan terlalu buat dia pusing dengan nomenklatur ilmiah. Kalau anak bisa menemukan sendiri lewat membandingkan kerang dan kucing, bahwa ada binatang bertulang punggung dan yang tidak, tak terlalu penting dia tahu istilah vertebrata dan invertebrata …” (Home Education, hlm. 265).
Walaupun ada strukturnya, metode CM bukan metode teacher/parents-led. Pun nature study bukanlah ajang mencekokkan pengetahuan alam pada anak, melainkan memfasilitasinya untuk menjalin hubungan personal dan mendapatkan pengalaman spritual sendiri ketika berada di alam.
Konsekuensinya, orangtua juga musti belajar memahami peran dan posisinya dalam menjalankan nature study. Orangtua perlu berhati-hati untuk tidak menyisipkan agenda yang berbau menyuapi pengetahuan pada anak karena berpotensi merusak proses terbentuknya hubungan pribadi yang intim dengan pengetahuan dan dengan alam itu sendiri. Alih-alih kecintaan dan kegembiraan belajar, yang anak rasakan nanti ketidakbermaknaan.
Anak harus terbiasa bertanya “Mengapa?” – Mengapa angin bertiup? Mengapa sungai mengalir? Mengapa tunas daun itu lengket? Dan janganlah tergesa-gesa menjawab pertanyaannya, biarkan dia memecahkan teka-teki itu sendiri sejauh yang bisa dia cerna lewat pengalamannya. (Home Education, hlm. 264).
***
Fokusnya ada di komitmen orangtua, bukan di struktur pembelajaran. Berkomitmenlah untuk meluangkan waktu dan memberi anak kesempatan untuk berada di alam sampai secara alami anak terbiasa memperhatikan perubahan alam dari waktu ke waktu, seperti yang tampak pada musim, flora dan fauna, juga berbagai cara kerja alam. Asah dan peliharalah kebiasaan anak memperhatikan dan mengamati ini sampai menjadi karakter terhubung dan peka terhadap alam.
Ketertarikan anak pada alam semesta akan meningkat seiring terbentuknya relasi antara anak dan alam. Waktu-waktu yang dihabiskannya di alam akan memantik kekagumannya dan fitrah alamiahnya dalam belajar, memahami pola, menghubung-hubungkan setiap kejadian yang dia temukan di alam.
Jadi, jangan buru-buru memaparkannya pada istilah-istilah ilmiah yang membingungkan dan membuatnya tampak bodoh, kecuali anak bertanya atas inisiatifnya sendiri karena ingin menggali pengetahuan lebih dalam lagi.
Lebih baik lagi jika anak menemukan sendiri jawaban atas keajaiban alam melalui kontak langsung dan terus menerus dengan alam. Pemahaman tentang hal-hal yang ditemuinya di alam akan semakin utuh ketika semakin sering mengamati alam, bukan dari tumpukan hafalan istilah asing yang tak bermakna di benaknya.
***
Charlotte hanya mengingatkan agar orangtua hadir di alam bersama anak-anak mereka, bukan melepas anak begitu saja untuk melakukan nature study. Walaupun anak harus didorong mencerna sendiri pengalamannya di alam, ada hal-hal penting yang harus orangtua arahkan agar mereka kerjakan dan hal-hal yang perlu dicegah terjadi pada saat anak berada di alam terbuka (Home Education, hlm. 43-44).
Keberadaan orangtua diperlukan untuk membantu anak mengarahkan kepekaan inderanya dan ketajaman nalarnya dalam mengamati alam – bukan dengan cara memberi ceramah ilmiah, melainkan dengan menunjukkan padanya keindahan dan keajaiban alam semesta yang berharga untuk dikenali dan dicintai setiap detilnya.
Orangtua perlu berada di sisi anak untuk menanggapi kekaguman anak, menyambut rasa ingin tahunya, memancing pertanyaan-pertanyaan kritis tentang yang sedang diamatinya. Dan yang terakhir tapi tidak sedikit perannya yaitu berbagi antusiasme dan sikap positif dalam melakukan semua ini.
“Inilah kesempatan bagi sang ibu untuk melatih mata yang awas melihat, telinga yang awas mendengar, dan menaburkan benih-benih kebenaran pada jiwa anak yang terbuka – benih-benih yang akan bertunas, mekar, dan berbuah.” (Home Education, hlm. 44-45)
“Para orangtua dan guru mestinya paham soal Alam. Tak ada istilah terlalu banyak membaca soal alam, bukan hanya agar orangtua bisa membacakan buat anak tentang temuan mereka di alam, tapi supaya dia bisa menjawab pertanyaan anak dan mengarahkan pengamatannya.” (Home Education, hlm. 64)
***
Arahkan anak untuk membuat jurnal alam sebagai catatan pengalaman dan pengamatan tentang alam. Dari pengamatan yang rutin dan terus-menerus dengan segenap inderanya, fondasi pemahaman anak tentang alam akan semakin utuh. Anak pun mempunyai amunisi untuk diceritakan dalam jurnalnya.
Jurnal alam adalah bentuk lain dari narasi yang penting artinya dalam metode CM, berfungsi untuk membantu anak mensintesis pemahaman berdasarkan pengalamannya sendiri. Dari jurnal ini, anak akan mempunyai catatan hidup tentang proses pribadinya berkenalan dengan alam semesta (lihat: A Philosophy of Education, hlm. 219-223).
no replies