Saat berbagi cerita tentang nature study keluarga kami melalui Instagram*, ada saja teman yang tertarik dan bertanya bagaimana melakukannya. Namun, alih-alih menjelaskan cara-cara praktis (how to), saya sampaikan supaya mereka terlebih dahulu memahami prinsip-prinsipnya.
Menurut saya, ada dua kelemahan pertanyaan how to. Pertama, tips dan trik itu kondisional, belum tentu kondisi keluarga saya sama dengan kondisi keluarga si penanya. Kedua, jawabannya bisa saja ditemukan sendiri jika kita sudah memahami prinsip-prinsip landasannya. Yang penting justru mencari tahu what and why – apa dan mengapa sesuatu dinilai penting untuk dilakukan.
Jadi, apa itu nature study dan mengapa penting melakukannya?
NATURE STUDY adalah proses mengamati yang kita lihat, dan menarik simpulan secara memadai dari pengamatan itu. Tujuannya untuk mendidik anak tentang lingkungannya, dengan tujuan hidupnya lebih bermakna dan kaya. Nature studybukan ilmu pengetahuan alam seperti botani, entomologi, geologi, dsb. Maksudnya, nature study langsung berusaha memahami yang ada dalam jangkauan, tanpa pertama-tama merujuk pada sistem ordo atau relasi objek-objek itu. Nature studytak mengurusi definisi atau penjelasan formal dari buku teks., sepenuhnya alami, melatih mata dan pikiran untuk melihat dan memahami hal-hal umum dalam kehidupan. Hasil langsungnya bukanlah tumpukan pengetahuan ilmiah, tapi terbentuknya simpati yang hangat pada segala sesuatu apa adanya. (What is Nature Study, 1904, Liberty Hyde Bailey)
Banyak homeschooler, termasuk saya, baru mengenal istilah nature study dari khasanah metode Charlotte Mason (CM). Namun, setelah saya telusuri di internet, ternyata nature study adalah sebutan untuk gerakan edukasi di awal abad ke-20. Pelopornya kaum naturalis Amerika yang dipimpin oleh Anna Bostford Comstock. (CM sendiri merekomendasikan tulisan Comstock sebagai panduan mempelajari alam.)
Study nature, not books. Itulah semboyan yang digaungkan pegiat nature study. Gerakan ini berupaya menggeser paradigma pembelajaran ilmu alam di sekolah-sekolah, untuk menjembatani antara riset ilmiah tentang alam dengan pengalaman spiritual dan personal. Pegiatnya menganjurkan interaksi secara langsung dengan alam yang kerap – bukan hanya menekuri buku-buku teks ilmiah. Pembelajaran yang langsung bersentuhan dengan objek nyata di alam lebih ditekankan.
Dari lingkup institusi pendidikan, nature study lalu juga ngetren di kalangan masyarakat umum. Sambil menenteng buku catatan dan stoplesnya, banyak warga didapati pergi mengembara ke hutan-hutan, padang rumput, pegunungan, untuk memperoleh penghayatan tentang flora dan fauna setempat dan juga untuk sejenak melarikan diri dari kejenuhan akibat semakin tingginya industrialisasi di dunia – termasuk di Amerika.
Membaca sejarah ini, jadi terbayang di kepala saya kegiatan ilmuwan-ilmuwan masa lampau. Mereka membuat manuskrip-manuskrip tentang alam melalui pengamatan langsung dan tentu saja berdasarkan kecintaannya yang mendalam terhadap alam.
Jangan bayangkan para ilmuwan terdahulu ini punya buku panduan (field guide) yang lengkap. Mereka pastilah meramu sendiri rangkaian catatan penelitian lapangan dan pengalaman langsung mengenai objek dan kejadian tertentu di alam. Secara intens dan konsisten, mereka dokumentasikan catatan dengan rapi dan teliti, sehingga bisa dinikmati dan dipelajari kembali oleh generasi sekarang.
Inilah semangatnya. Saya jadi tersadar bahwa tak perlulah menyerah dengan ketiadaan ataupun kurangnya field guide dalam melakukan nature study tentang alam Indonesia. Bukan field guide tidak penting, tetapi perannya tidak genting. Sumber belajar utamanya ada di alam itu sendiri.
Mari bayangkan. Bagaimana mungkin seorang anak akan meneliti tanpa pernah pergi ke alam dan mengamatinya, walaupun anak mempunyai seabrek field guide? Bagaimana mungkin dia mencintai alam, tanpa terbiasa bersinggungan dengannya? Bagaimana anak mengenal alam tanpa menyadari keberadaannya?
Hal ini sejalan dengan pemikiran CM. Menurutnya, satu-satunya cara melakukannature study adalah dengan pergi ke alam, bertatap muka, berinteraksi langsung, dan menjalin hubungan intim dengan alam. Sampai di sini, gagasan besarnya terlihat lebih jelas. Nature study itu, sederhananya, adalah ajakan kembali ke alam – first hand – berguru langsung pada ciptaan Tuhan. (Bersambung)
* akun IG @lylyfreshty
no replies