Oleh: Karen Glass*
Kalau melihat prinsip way of the will baru muncul di nomor 17 dalam daftar 20 butir filosofi Charlotte Mason, kita bisa keliru meremehkan arti pentingnya. Namun di buku Minds More Awake: The Vision of Charlotte Mason, Anne White melacak betapa pemahaman Mason tentang kehendak (will) mempengaruhi keseluruhan metodenya.
Ringkasannya kurang lebih begini: Kehendak hanya bekerja ketika ada suatu objek [tujuan] yang melampaui diri. Saat kita memilih mengutamakan hasrat-hasrat kita dulu dan bertindak untuk melindungi kepentingan pribadi, yang bekerja bukanlah si Kehendak, melainkan salah satu Hasrat Alami yang mengingini kenikmatan atau kekuasaan – semua orang punya hasrat-hasrat alami ini. Kepentingan diri tidak butuh kekuatan Kehendak.
Namun si Kehendak membutuhkan suatu objek yang melampaui diri, sama seperti seorang pengawal ada untuk melindungi sesuatu. Ketika kau berfokus pada kepentinganmu sendiri, meskipun itu kepentingan yang baik seperti menjadi sehat atau selamat, di situ yang bekerja bukan lagi Kehendak. Kehendakmu berfungsi ketika niat utamamu adalah untuk bermaslahat bagi suatu perjuangan moral atau bagi negara, atau untuk melindungi orang lain meski hanya satu orang. Dan kau kehilangan keberadaan Kehendak ketika kau sedang melakukan amal tapi demi motif yang egois. (Minds More Awake oleh Anne White, hlm. 21.)
Perlu cukup lama merenung dan membaca untuk bisa sepenuhnya mencerna perbedaan antara keras kepala (wilfulness) dan berkehendak kuat (will), tetapi poinnya adalah apakah kau bertindak untuk kepentinganmu sendiri atau untuk kemaslahatan di luar dirimu, itulah garis pemisah antara keduanya.
Namun tak ada orang yang memilih untuk berkehendak (will) melayani orang banyak kalau nuraninya belum terarah. Dan peran penting pendidikan – mencerahkan sang Nurani – begitu pentingnya bagi Charlotte Mason sampai-sampai dia menulis buku tersendiri bagi anak-anak muda (berjudul Ourselves) untuk mendorong proses itu. (Kalau anda mau belajar kilat tentang pemahaman Charlotte Mason soal peran Kehendak, saya menyarankan Anda membacara Ourselves, Buku II, hlm. 126 dan seterusnya, sebutuh Anda.)
Kami mendapati bahwa pandangan Comenius (filosof pendidikan abad ke-17) bersesuaian sekali dengan Charlotte Mason. Tujuan jangka panjang pendidikan adalah mendidik Nurani supaya manusia dewasa bisa memilih (will) dengan sadar untuk berbuat benar. Namun menjadi dewasa itu butuh waktu dan saat ini anak-anak masih belum mampu sepenuhya mengendalikan selera dan impuls mereka. Maka, melatih mereka terbiasa melakukan yang benar akan memudahkan proses-proses ini dan memperkuat Kehendak.
Peran penting pendidikan, menurut Mason dan Comenius, adalah mendidik Nurani agar tahu betul mana yang benar dan mana yang salah, sehingga saat Kehendak dibutuhkan untuk memilih, anak jadi paham sepenuhnya: mesti melakukan yang ini atau yang itu. Sangat menarik mencermati bahwa mereka berdua mengaitkan fungsi Kehendak dengan kebajkan. Keduanya paham bahwa kebajikan itu intinya adalah soal bertindak (yakni, bertindak benar), bukan sekadar tahu [secara teoritis] yang benar.
* Karen adalah praktisi CM veteran yang pakar dalam perbandingan filosofi pendidikan CM dan pendidikan klasik. Artikel ini diterjemahkan dan disunting bebas oleh Ellen Kristi dari entri blog-nyahttp://www.karenglass.net/charlotte-mason-and-comenius-7-will-and-reason/
no replies