KONTAK |  KEGIATAN | REKOMENDASI BUKU |

  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
CMIndonesia.com
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
  • TENTANG CM
    • Sekapur Sirih
    • Profil Charlotte Mason
    • 20 Butir Filosofi CM
    • Serial Home Education
    • Leksikon Metode CM
    • Bahan Belajar Metode CM
  • BERITA
  • KOLOM
  • PODCAST
  • PRINTABLES
    • KERTAS BERGARIS
    • REKOMENDASI BUKU #1
  • BUKU
    • Laman Reseller & Dropshipper
  • ARTIKEL
    • Praktik CM
    • Refleksi CM
    • Pengasuhan
    • Pengembangan Diri
    • Kata Riset
    • Mancanegara
  • RUBRIK
    • Opini
    • Resensi
    • Sosok
    • Tanya Jawab
    • Wawancara
November 19, 2011  |  By Ellen K In Refleksi CM
Sistem vs. Metode Pendidikan
Teknik perlu dilandasi oleh prinsip. (Dok. MSP)
Teknik perlu dilandasi oleh prinsip. (Dok. MSP)
Post Views: 130

“Seandainya manusia itu mesin, pendidikan hanya perlu memprogramnya, dan pekerjaan pendidik cukuplah sekadar mengikuti sistem. Tapi yang guru hadapi adalah sosok yang punya pemikiran sendiri dan mengembangkan diri sendiri.” (Home Education, hlm. 9)

Menjadi praktisi pembelajaran mandiri (home education) yang tidak mengirim anak-anak saya ke sekolah, bukan berarti saya anti sekolah. Sampai saat ini, saya lihat belum ada yang bisa menggantikan peran sekolah untuk menyebarluaskan pengetahuan secara massif ke semua kalangan penduduk. Banyak orang yang hidupnya berubah lebih positif, lebih maju, lewat sekolah. Namun, kita juga tidak bisa menutup mata betapa sekolah juga bisa — maaf — memperkosa kepribadian anak: keunikannya diabaikan, kreativitasnya diseragamkan, hasrat belajarnya dipadamkan.

Sekolah adalah inovasi sosial. Sama seperti inovasi lainnya dalam sejarah peradaban manusia, tentu ada tujuan baik yang dipikirkan oleh para penggagas konsep sekolah ini. Mereka membayangkan suatu visi tentang manfaat apa yang akan umat manusia dapatkan lewat sekolah. Percepatan laju pengetahuan, kesempatan untuk melakukan loncatan kelas sosial, penyebaran budaya, dan seterusnya. Namun, hati-hati, ketika visi itu dilupakan, sekolah akan kehilangan ruhnya. Ia menjelma menjadi sekedar mesin besar — anak-anak dimasukkan di ujung yang satu, tombol-tombol program A-B-C-D-E ditekan, lalu mereka dituntut untuk keluar memiliki kompetensi tertentu di ujung yang lain.

Praktek pendidikan yang bervisi dan sadar filosofi, Charlotte sebut sebagai ‘metode’. Lawannya adalah ‘sistem’, yakni pola kaku yang gurunya mengikuti resep langkah A, B, dan C untuk memperoleh hasil Anak D.

“Metode menyiratkan dua hal — jalan untuk mencapai tujuan, dan kemajuan langkah demi langkah dalam jalan itu. Mengikuti metode berarti kita punya ide, imaji mental, sasaran akhir yang ingin kita capai. Apa yang Anda harapkan tentang dampak pendidikan bagi anak Anda? Metode, dengan tujuan akhir pendidikan yang terus disadari, bisa memanfaatkan apa yang sepertinya tidak berguna demi mencapai tujuan itu. Orangtua yang tahu persis sasaran akhirnya — inilah kekuatan utama dari sebuah metode — ketika mendidik anaknya, akan memanfaatkan setiap situasi dari kehidupan anak … entah dia makan atau minum, datang atau pergi atau bermain — kapan pun dan di mana pun ia terus sedang dididik.

Selalu ada bahaya bahwa sebuah metode, yang paling bonafid sekalipun, akan merosot menjadi sekedar sistem. Metode Kindergarten (PAUD), misalnya, layaknya memperoleh nama ‘kindergarten’, karena ditelurkan dan disempurnakan oleh para pendidik berhati besar untuk membantu kehidupan manusia, pertumbuhan manusia, dan yang paling kompleks memanusiakan manusia. Namun betapa menyedihkannya metode ini setelah menjadi sistem kaku di tangan para praktisi yang tidak memahami hakikatnya!” (Home Education, hlm. 8-9)

Facebook Comments

Article by Ellen K

Ellen Kristi. Ibu tiga anak homeschooler, praktisi metode CM dan penulis buku "Cinta Yang Berpikir", berdomisili di Semarang. Dapat dihubungi lewat ellenkristi@gmail.com

Previous StoryMenjadi Guru Sehari
Next StoryMembantu Anak Menemukan Tujuan Hidupnya

Related Articles

  • Tiga Serangkai
    Pendidikan yang Melahirkan Orang-orang Besar
    View Details
  • Arah jelas, langkah tegas.
    Langkah Penting Memulai Homeschooling (dan Menjadi Praktisi CM)
    View Details

no replies

Leave your comment Cancel Reply

(will not be shared)

Charlotte Mason Indonesia

Media informasi pendidikan karakter. Menyajikan beragam berita, gagasan filosofis sampai tips dan trik bagi orang tua dan guru agar berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang “berpikir tinggi, hidup membumi.”

Cinta yang Berpikir. Penulis: Ellen Kristi

Terbaru

  • Mendampingi Anak Belajar Seni Berpuisi February 28, 2021
  • DIBUKA: Program Daring “Pelatihan Mendewasakan Emosi” Angkatan #4 February 18, 2021
  • Podcast #35: Belajar Sastra ala Metode CM February 14, 2021
  • Pelajaran Berhitung Pertama Anak Prasekolah February 11, 2021
  • Apa Ruginya Kalau Anak Tidak Kenal Ninabobo dan Tembang Dolanan? February 9, 2021
  • Podcast #34: Tetap Kalem Saat Anak Emosional February 6, 2021
  • Refleksi Seorang Guru tentang Kesalahan Umum Orangtua dan Guru February 5, 2021
  • DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6 February 3, 2021
  • Yang Harus Dibenahi dalam Pendidikan Sains Kita February 2, 2021
  • Podcast #33: Proses Belajar Menulis Kreatif ala Metode CM January 30, 2021

Arsip

Charlotte Mason Indonesia

Alamat
Jl. Jeruk VII/24
Semarang 50249

Jam Kegiatan:
Senin—Jumat: 9:00AM–5:00PM

POPULER

  • 10 Ciri Pribadi Kekanak-kanakan dan Solusinya 167 views | 0 comments | by admin | posted on September 16, 2017
  • Rilis Rekomendasi Tim Kurikulum CMid Tahap #1 74 views | 0 comments | by admin | posted on February 12, 2019
  • Mendampingi Anak Belajar Seni Berpuisi 70 views | 0 comments | by admin | posted on February 28, 2021
  • Mengapa Anak Tantrum dan Cara Terbaik Menghadapinya 47 views | 0 comments | by Ellen K | posted on August 1, 2012
  • Cinta yang Berpikir (Edisi Revisi) 33 views | 0 comments | by admin | posted on December 12, 2017

KOMENTAR TERKINI

  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Sizi on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Ellen K on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Normalita h on DIBUKA: Program Daring “Training for Habit Trainers” Angkatan #6
  • Ardiba on Pendidikan ala CM untuk Keluarga Muslim
  • Ellen K on Membantu Anak Menemukan Tujuan Hidupnya

Visitors

Today: 578

Yesterday: 559

This Week: 4291

This Month: 12696

Total: 245980

Currently Online: 114

Copyright ©2011-2021 Charlotte Mason Indonesia. All Rights Reserved. || Web Development: Whoups Creative Co.